4 Juni 2020

Untukmu, Calon Imamku...


Aku tak tahu pasti alasan aku memilihmu. Mungkin jika ditanya kriteria lelaki idaman, banyak poin yang akan kusebutkan. Yang mungkin beberapa di antaranya tak kau miliki.
Sekali lagi, aku tak tahu pasti. Yang aku tahu, aku memilihmu karena aku mau berjuang bersamamu. Seperti yang kau katakan dulu di malam keakraban, di hadapan teman-teman karang taruna, “Pengen sama yang mau diajak berjuang bareng,”.

Tak kusangka, ternyata pada akhirnya adalah aku, perempuan yang akan kau ajak berjuang.
Yang aku tahu lagi, aku sebenarnya sudah lelah. Sangat sangat lelah. Bahkan mungkin sampai terbawa khilaf. Lelah akan lelaki yang silih berganti singgah di hati tapi ujung-ujungnya selalu pergi. Ada yang sempat menggenggam perasaannya, ada yang tidak. Ada yang cocok, tapi perlahan mulai pergi. Ada cocok, tapi ternyata beda prinsip. Ada yang cocok, tapi ternyata belum siap. Ada yang kusuka, tapi ternyata dia tidak suka. Ada yang kusuka, tapi nggak tahu masa depannya kayak gimana. Ada yang suka aku, tapi perasaanku nggak begitu. Ada yang langsung datang ke rumah, tapi hatiku belum pulih seutuhnya. Begitulah kalau belum jodoh. Ada saja jalan Tuhan untuk membelokkan.

13 Mei 2018

Seleksi Final PPAN 2018, Menegangkan! (PART 4)


TAHAP FINAL

Sebelum melalui tahap demi tahap, aku sempat browsing di internet dan menemukan sebuah blog yang bercerita tentang pengalaman selama mengikuti seleksi PPAN di Jawa Timur sampai tahap final. Dari situ aku jadi termotivasi untuk ikut, setidaknya bisa sampai final, karena menurut yang aku baca, yang paling seru itu adalah sesi final (ada karantinanya, meski tidak semua aturan di tiap propinsi sama). Syukur-syukur kalau bisa lolos final dan menjadi wakil DIY.

PPAN Jogja 2018 memilih 16 orang untuk maju di tahap final yang akan dikarantina selama 3 hari (tapi yang 1 mengundurkan diri, jadi tinggal 15). Alhamdulillah, aku salah satu diantaranya. Pengalaman menarik dimulai saat sesi briefing pada Selasa 17 April 2018 jam 5 sore. Sebenarnya, jam 6 sorenya aku udah booking kereta ke Jakarta karena suatu urusan. Tapi karena terpilih final ini, dan aku nggak pengen melewatkan momen berharga ini, jadilah aku membatalkan tiket. Padahal sebelumnya aku udah membatalkan 8 tiket kereta Jogja-Jakarta karena kendala beberapa hal. Nyesek sih, tapi yaudah lah ya, buat pelajaran aja. Lanjuuut! Sesi briefing diawali dengan ketegangan. Ya, aku rasa para panitia sengaja menciptakan suasana formal nan tegang sore kala itu. Semua muka panitia—terutama yang ada di depan kami—benar-benar flat. Tak ada senyum cerah menghiasi. Begitu briefing dibuka, kami langsung disambut dengan kalimat seperti ini dari salah satu panitia :
“Kami hanya akan membacakan aturan ini satu kali dan tidak ada pengulangan. Harap dengarkan baik-baik, dan jika membutuhkan catatan kami persilakan mencatat.”

Seleksi Semifinal PPAN, Dari Parangtritis ke Kaliurang (PART 3)


TAHAP SEMIFINAL

Alhamdulillah, Allah mengizinkan saya lolos tahap interview. Untuk yang lolos, kami dikirimi email berupa instruksi untuk mengerjakan tugas semifinal. Kurang lebih seperti ini tugasnya :


Untuk tugas pastinya tiap tahun akan beda. Tiap peserta pun topiknya beda-beda, meski topik umumnya tetap tentang Jogja. Dan karena keahlianku membuat video, so aku pilih bikin video, sementara teman-teman yang lain beberapa pada bikin artikel. Menurutku, tugas ini cukup menantang, karena kami harus mengerjakan tugas ini dalam waktu empat hari aja. Itu pun hari pertamanya masih meraba-raba, konsep seperti apa yang mau kita ambil. Kami hanya boleh bertanya ke panitia via WA maksimal 2 pertanyaan dari jam 8-9 pagi. Kalau lebih dari jam 9, dan kalau sekiranya jawabannya sudah ada di instruksi, pertanyaan kami nggak akan dijawab. Akhirnya, bermodalkan kemantapan, aku mulai go extra miles dengan mendatangi Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata, karena data kami harus data yang valid, jadinya aku memutuskan untuk langsung mendatangi kantor-kantor kedinasan itu. Yaa, meski awalnya sempat pesimis, karena tahu bayangan di dinas pasti bakal ribet surat menyurat, belum tentu bisa ditanggapi dalam waktu satu atau dua hari saja. Padahal kami butuhnya cepat. Tapi aku coba dulu, barangkali ada jalan. Alhamdulillah, karena aku jujur tentang acara ini dan bilang kalau kami dikasih waktu mepet, akhirnya untuk Dinas Pariwisata aku berhasil melobi dan dapat wawancara sama bagian pemasaran di hari kedua. Sementara untuk Dinas Pendidikan aku hanya dapat datanya saja, tapi nggak dapat wawancara via kamera. Tapi nggak apalah, yang penting udah ada dua informan (minimal harus 2 informan).

Seleksi Interview PPAN 2018, Dikerjain Panitia (PART 2)

TAHAP INTERVIEW

Alhamdulillah, tahap administrasi lolos. Lanjut tahap interview (wawancara), kita juga disuruh mempersiapkan properti yang diperlukan untuk unjuk bakat. Aku langsung mikir, kira-kira bakat apa yang akan aku tampilkan? Kalau nyanyi, suaraku pas-pasan. Selama ini aku ngerasa nggak punya bakat yang mencolok. Mungkin soal reporting, karena aku sering bikin video. Jadi yaudah deh, aku nampilin video2 liputanku aja. So, aku harus bawa laptop and speaker. Selain itu, aku juga pengen nari. Kebetulan dulu pernah diajarin 1 tarian tradisional, yaitu tari angguk (khas Kulon Progo), jadinya nampilin itu aja deh. Tinggal ngehafalin ulang bagian-bagian yang udah lupa, terus sewa kostum deh. Haruskah sewa kostum? Sebenarnya enggak. Cuma aku pengen tampil maksimal aja, karena tema tahun ini “GO EXTRA MILES”. Jadi harus bisa tampil di atas rata-rata. Selain itu aku juga banyak-banyak latihan ngomong Inggris, karena feelingku wawancaranya pakai bahasa Inggris.

12 Mei 2018

Pengalaman Ikut Seleksi PPAN 2018 (PART 1)


Baiklah... Aku merasa dihantui semacam hutang jika tidak segera menuliskan tentang ini. Karena bagiku pengalaman mengikuti seleksi PPAN ini menjadi salah satu sejarah penting dalam hidupku, dan aku harus menceritakannya pada kalian semua.

Awalnya aku tahu info tentang PPAN berasal dari story instagram salah satu alumni PPAN Jogja 2016. Kenapa aku bisa kenal alumni itu? Karena dia adalah pacarnya temanku. Oke, dari situlah aku mulai kepo, apa sih PPAN itu? Setelah tahu PPAN adalah singkatan dari Pertukaran Pemuda Antar Negara, dan ini adalah program dari pemerintah sehingga all of the activities is fully funded by the government. Aku tertarik mengikuti program ini karena dari dulu pengen banget ikutan program exchange (tapi yang gratis, hehe), dan baru tahu info ini setelah lulus. Ya, kesalahanku dulu semasa kuliah tidak banyak-banyak cari info tentang student exchange.


(Gambar Finalis Kelompok 2)

6 Februari 2018

Untukmu, Yang Belum Pernah Kutemui

Hai...
Di antara kegundahan malam ini, aku ingin menyampaikan apa yang kurasakan. Biasanya aku menyampaikan apapun pada ibuku. Tapi tidak untuk ini. Belum. Belum saatnya. Aku belum berani. Pada temanku? Entahlah. Aku belum menemukan orang yang tepat untuk kuajak berbagi. Mungkin ada, tapi dia sedang tidak di sini. Tidak di sisiku. Aku pun ragu untuk menghubungi mereka. Takut mengganggu. Ini hanya kepentinganku yang mungkin terdengar remeh.

Aku rindu...
Entah apa yang aku rindukan. Mungkin dirimu. Ya...
Meski sebenarnya aku tidak menginginkan kerinduan ini. Menurutku ini berlebihan. Rindu yang tak seharusnya. Rindu yang belum tepat saatnya.

Aku ingin menghindarimu. Aku tidak ingin terlalu jauh memikirkanmu. Tapi kurasa itu seperti mengangkat batu besar yang beratnya tiga kali lipat melebihi beratku. Aku sedang berproses menghindarimu. Agar aku tidak selalu berpikiran tentangmu. Agar aku tidak teringat ucapan serius yang kau ucapkan tempo lalu lewat sebuah pesan. Ucapan sakral yang mampu memutarbalikkan kehidupanku seratus delapan puluh derajat. Yang tadinya hanya sesekali waktu saja aku terpikirkan olehmu, kini hampir tiap detik. Yang tadinya aku membayangkan kehidupanku sendiri, menjadi memikirkan kehidupanku bersamamu. Ya. Semua karena kata-katamu itu. Pikiranku menjadi kalut beberapa hari ini. Sesak akan bayangan-bayangan yang tak seharusnya timbul. Tidak. Memang tidak. Memang belum saatnya. Aku belum pantas untuk berpikir seperti ini. Kau belum tentu bersamaku dan aku belum tentu bersamamu. Bahkan, kita belum pernah bertemu.

1 Agustus 2017

CURHAT : SURUH LEPAS JILBAB!

Hai laptop. Kali ini aku selingkuh. Maaf ASUS, aku selingkuh pada LENOVO. Habis kamu udah sakit-sakitan. Aku niatnya sih setia. Tapi kamu sakit terus, aku takut sakitmu tambah parah. Jadi biarkan aku selingkuh pada LENOVO saat ini. Tenang, kau tetap di hatiku. Enam tahun kita bersama, tak akan kulupa begitu saja.

Dan kini LENOVO, bekerjasamalah denganku. Jadilah seperti ASUS-ku, yg setia mendengarkan curhatanku.

Jadi, hari ini aku kembali merenung soal jilbab. Tepat malam tadi, untuk ketiga kalinya aku ditanya tentang jilbab, dan kurang lebih isinya begini, “Kamu beneran pakai jilbab? Tidak bisakah di lepas?”
Ya, ini ketiga kalinya. Tiga kali dalam hidupku yang akan aku ingat selalu.