13 Mei 2018

Seleksi Interview PPAN 2018, Dikerjain Panitia (PART 2)

TAHAP INTERVIEW

Alhamdulillah, tahap administrasi lolos. Lanjut tahap interview (wawancara), kita juga disuruh mempersiapkan properti yang diperlukan untuk unjuk bakat. Aku langsung mikir, kira-kira bakat apa yang akan aku tampilkan? Kalau nyanyi, suaraku pas-pasan. Selama ini aku ngerasa nggak punya bakat yang mencolok. Mungkin soal reporting, karena aku sering bikin video. Jadi yaudah deh, aku nampilin video2 liputanku aja. So, aku harus bawa laptop and speaker. Selain itu, aku juga pengen nari. Kebetulan dulu pernah diajarin 1 tarian tradisional, yaitu tari angguk (khas Kulon Progo), jadinya nampilin itu aja deh. Tinggal ngehafalin ulang bagian-bagian yang udah lupa, terus sewa kostum deh. Haruskah sewa kostum? Sebenarnya enggak. Cuma aku pengen tampil maksimal aja, karena tema tahun ini “GO EXTRA MILES”. Jadi harus bisa tampil di atas rata-rata. Selain itu aku juga banyak-banyak latihan ngomong Inggris, karena feelingku wawancaranya pakai bahasa Inggris.


Oke, hari interview dimulai. Aku datang tepat jam 7.15 pagi (sesuai dengan yg tercantum di web) di Balai Pemuda dan Olahraga DIY (kawasan Alun-Alun Kidul). Untungnya belum dimulai. Dan ternyata molor. Acara dimulai jam 9 pagi. Diawali dengan upacara pembukaan sekaligus pelantikan anggota PPAN yg berangkat tahun lalu. Yang bikin berkesan di bagian ini adalah pembacaan CV para anggota PPAN. Syupeeerr syekaleh! Aku kira orang biasa macem saye pun bisa menjadi seperti mereka. Tapi begitu CV mereka dibacakan, mental saya langsung ciut. Kenapa? Karena saya merasa nggak pantas. Mereka itu, ketiga-tiganya punya prestasi semua. Yaah, minimal di kancah internasional laah, wkwkwk. Cuma satu orang yg kayaknya prestasinya sampai tingkat nasional. Itupun udah keren banget, ya nggak sih? Sementara aku? Saya mah apa atuh cuma remahan momogi di kaleng Kong Guan. Tapi yaudahlah, nggak usah pesimis. Yang penting dijalani aja. Toh, meski nggak berangkat ke Jepang (SSYEAP) pun insyaallah bakal dapat pengalaman berharga dari seleksi ini.

Setelah pembacaan CV dan upacara selesai, kami langsung disuruh antri untuk mengumpulkan berkas-berkas yang diminta. Singkat cerita, aku dapat giliran lumayan awal untuk interview. Karena sebelumnya nggak ada instruksi tentang pemakaian kostum untuk penampilan bakat, aku pun berinisiatif izin ke kamar mandi untuk ganti kostum sekalian make up. Yes, waktu itu aku polosan bgt and nggak make up sama sekali karena keburu. Tapi temen sampingku nyaranin buat make up nya di sana aja, di kursi ruang tunggu peserta, toh pesertanya cewek semua, haha. Akhirnya menurutlah aku buat make up-an di sana. Jujur, malu. Karena di antara semua peserta ternyata yang pake kostum heboh cuma aku. Semuanya masih rapi pakai jas ataupun kemeja. Tapi setelah beberapa lama, ternyata ada juga yg pakai pakaian tradisional, meski nggak banyak.

Di tahap interview ini ada dua sesi, yaitu sesi pertama dan kedua. Sesi pertama berisi pertanyaan-pertanyaan umum, sesi kedua adalah sesi unjuk bakat. Dan ternyata, all of the questions was using Bahasa. So, itu membuat aku lega banget, haha. Pada sesi pertama, aku cuma dapat giliran sebentar. Pertanyaannya kurang lebih begini :
“Eki udah berapa tahun tinggal di Jogja?”
“Sebutkan sila kedua Pancasila.”
Nah, aku kan waktu itu nyebut “kemanusiaan yang adil dan beradab” ya, Bapaknya yg nge-interview aku lalu bilang, “Yakin? Itu jawabannya?”. Aku pun mikir, apa aku salah nyebutin ya? Terus aku ngurutin sila pertama sampai kedua. Dan bener. Tapi aku ulangi lagi sampai tiga kali, dan aku rasa emang itu jawabannya. Apa aku salah ya, karena udah bertahun-tahun nggak upacara bendera? Melihat kebingunganku, akhirnya si Bapak bilang, “Kalau udah yakin, yaudah.” ucap beliau sambil tersenyum jahil. Aku pun ketawa masam, baru sadar ternyata dikerjain sama bapaknya. Setelah itu ada lagi pertanyaan, “Menurut kamu, Indonesia itu seperti apa?”. Yaa aku jawab sesuai pandanganku. Kalau teman-teman yang lain pertanyaannya ada yang tentang bandara baru di Kulon Progo, terus ditanyain pendapat tentang hot isu waktu itu, dan macem-macem deh. Aku termasuk beruntung nggak ditanyain aneh-aneh.

Lanjut pada sesi kedua, ini nih yang unexpected banget! So, waktu giliranku tiba, aku masuk dan duduk di depan dua orang alumni PPAN (entah tahun berapa). Aku duduk dengan kostum tari angguk yang menurutku cukup “heboh”, plus rempong karena bawa laptop beserta speaker di meja itu. Di samping kanan ada beberapa kandidat yang juga lagi diuji kebolehannya. Aku menatap si mbak dan mas di depanku sambil tersenyum kalem. Mereka pun balas tersenyum dan mulai menanyaiku tentang kesibukanku. Nah, ini nih, kalau ditanya kesibukan aku suka bingung. Soalnya kesibukanku itu seabreg, macem-macem, nggak tetap, dan kadang nggak jelas, wkwkwk. Tapi yaudah deh, aku jawab sekenanya, dari mulai liputan lah, mainin youtube lah, ngajar TPA lah, ikut PPS lah, bikin novel lah, ngejalanin komunitas anak-anak lah, de el el. Mereka sampai bilang, “Kita aja yang denger ceritamu ikut pusing, apalagi kamu ya?”. Tapi aku terus bilang, kalau kesibukanku itu nggak tetap, kecuali TPA, liputan, youtube, dan ngurus komunitas. Jadi kebanyakan aku target per bulan, misal bulan ini kegiatan apa, bulan depan apa, minggu ini apa, minggu depan apa, jadi bakal ganti-ganti terus. Setelah itu aku juga ditanyain tentang alasan daftar PPAN, terus besok misal keterima jadi anggota PCMI, aku ngatur waktu dengan kesibukanku itu tadi mau kayak gimana. Begitu pertanyaan-pertanyaan itu selesai, akhirnya tibalah pada sesi unjuk bakat.

Pada sesi ini, aku bener-bener lagi ngerasa dikerjain. First, karena mereka tahu aku vlogger di youtube, mereka nyuruh aku ngevlog saat itu juga. Nggak cuma di hadapan mereka, tapi disuruh keluar sampai ke ruang tunggu peserta. Well, ini lumayan nguji mental dan rasa malu sebenernya. Tapi yaudahlah, take it easy aja. Aku pun langsung muka tembok begitu ngeluarin handycam dari tas. Bodo amat diliatin banyak orang, yang penting bisa ngejalanin perintah dengan totalitas. Habis itu, aku disuruh nulis naskah dalam waktu 1 menit. Ya, lagi-lagi berdasarkan CV-ku, karena aku nulis di CV kalau sering liputan sebagai citizen journalist. Sebenarnya waktu 1 menit itu nggak dapat apa-apa kalau mau nulis naskah. Aku aja itu yg langsung nulis cuma dapat 3 baris. Selanjutnya, aku disuruh main drama, karena di CV aku nulis kalau pernah ikut teater. Yaudah, aku pun drama sekenanya aja. Waktu mereka nyuruh akting marah, ya aku marah, akting sedih, aku pun sedih, akting ketawa, ya aku ketawa, pokoknya nurut ajalah apa kata mereka. Sejauh itu aku nggak ada kendala. Yang nggak disangka itu, tiba-tiba aku disuruh ngambil properti yang disediain, entah kain batik, pewarna, kertas, dan sebagainya. Aku disuruh milih mana aja yang mau dibawa dan dipakai untuk melakukan sesuatu yang “terserah”. Well, jujur aku bingung. Karena kalau suruh ngegambar, aku nggak bisa nggambar, jadilah aku main peran di situ. Ceritanya, aku jadi ibu guru yang menyuruh anak-anak di depanku buat ngegambar kain batik yang aku pegang. Mereka pun pinter, karena mereka nggak mau gambar, mereka pura-pura jadi anak kecil yang minta dicontohin ngegambar sama ibu gurunya. Baiklah, jadinya aku pun mencontohkan seadanya.

Nah, terakhir ini, yang paling unexpected! Di saat aku mau unjuk bakat nari, kukira akan berjalan dengan lancar layaknya aku latihan di rumah. Total durasi tarian harusnya 7 menit. Tapiii, begitu aku mulai nari, ternyata jurinya iseng mainin laptopku. Jadilah bagian-bagian lagunya diloncat-loncat, maju mundur, maju mundur (cantiik, cantiik *eaak). Karena aku nggak hafal betul gerakannya kalau nggak urut ya, alhasil aku nari sekenanya aja. Kalau pas lagi inget lagu bagian mana dan gerakannya apa ya aku tariin, kalau pas nggak inget ya aku asal nari alias ngarang. Dan dari situlah aku menilai, sepertinya emang mereka pengen nguji sejauh mana aku menguasai gerakan, dan bisa juga menguji kreativitasku beserta para kandidat lain. Aku yakin teman-teman yg lain juga dapat tantangan yg nggak kalah “seru”. Ya, bagiku ini seru, karena inilah yang justru berkesan dari tahap interview ini.

bersambung...

Sebelumnya : Seleksi Administrasi PPAN 2018
Selanjutnya : Seleksi Semifinal PPAN 2018, Dari Parangtritis ke Kaliurang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar