Alhamdulillah, tahap administrasi
lolos. Lanjut tahap interview (wawancara), kita juga disuruh mempersiapkan
properti yang diperlukan untuk unjuk bakat. Aku langsung mikir, kira-kira bakat
apa yang akan aku tampilkan? Kalau nyanyi, suaraku pas-pasan. Selama ini aku
ngerasa nggak punya bakat yang mencolok. Mungkin soal reporting, karena aku
sering bikin video. Jadi yaudah deh, aku nampilin video2 liputanku aja. So, aku
harus bawa laptop and speaker. Selain itu, aku juga pengen nari. Kebetulan dulu
pernah diajarin 1 tarian tradisional, yaitu tari angguk (khas Kulon Progo),
jadinya nampilin itu aja deh. Tinggal ngehafalin ulang bagian-bagian yang udah
lupa, terus sewa kostum deh. Haruskah sewa kostum? Sebenarnya enggak. Cuma aku
pengen tampil maksimal aja, karena tema tahun ini “GO EXTRA MILES”. Jadi harus
bisa tampil di atas rata-rata. Selain itu aku juga banyak-banyak latihan
ngomong Inggris, karena feelingku wawancaranya pakai bahasa Inggris.
Oke, hari interview dimulai. Aku
datang tepat jam 7.15 pagi (sesuai dengan yg tercantum di web) di Balai Pemuda
dan Olahraga DIY (kawasan Alun-Alun Kidul). Untungnya belum dimulai. Dan
ternyata molor. Acara dimulai jam 9 pagi. Diawali dengan upacara pembukaan
sekaligus pelantikan anggota PPAN yg berangkat tahun lalu. Yang bikin berkesan
di bagian ini adalah pembacaan CV para anggota PPAN. Syupeeerr syekaleh! Aku
kira orang biasa macem saye pun bisa menjadi seperti mereka. Tapi begitu CV mereka
dibacakan, mental saya langsung ciut. Kenapa? Karena saya merasa nggak pantas.
Mereka itu, ketiga-tiganya punya prestasi semua. Yaah, minimal di kancah
internasional laah, wkwkwk. Cuma satu orang yg kayaknya prestasinya sampai
tingkat nasional. Itupun udah keren banget, ya nggak sih? Sementara aku? Saya
mah apa atuh cuma remahan momogi di kaleng Kong Guan. Tapi yaudahlah, nggak
usah pesimis. Yang penting dijalani aja. Toh, meski nggak berangkat ke Jepang
(SSYEAP) pun insyaallah bakal dapat pengalaman berharga dari seleksi ini.

Di tahap interview ini ada dua sesi, yaitu sesi pertama dan kedua. Sesi pertama berisi pertanyaan-pertanyaan umum, sesi kedua adalah sesi unjuk bakat. Dan ternyata, all of the questions was using Bahasa. So, itu membuat aku lega banget, haha. Pada sesi pertama, aku cuma dapat giliran sebentar. Pertanyaannya kurang lebih begini :
“Eki udah berapa tahun tinggal di
Jogja?”
“Sebutkan sila kedua Pancasila.”
Nah, aku kan waktu itu nyebut
“kemanusiaan yang adil dan beradab” ya, Bapaknya yg nge-interview aku lalu
bilang, “Yakin? Itu jawabannya?”. Aku pun mikir, apa aku salah nyebutin ya?
Terus aku ngurutin sila pertama sampai kedua. Dan bener. Tapi aku ulangi lagi
sampai tiga kali, dan aku rasa emang itu jawabannya. Apa aku salah ya, karena
udah bertahun-tahun nggak upacara bendera? Melihat kebingunganku, akhirnya si
Bapak bilang, “Kalau udah yakin, yaudah.” ucap beliau sambil tersenyum jahil.
Aku pun ketawa masam, baru sadar ternyata dikerjain sama bapaknya. Setelah itu
ada lagi pertanyaan, “Menurut kamu, Indonesia itu seperti apa?”. Yaa aku jawab
sesuai pandanganku. Kalau teman-teman yang lain pertanyaannya ada yang tentang
bandara baru di Kulon Progo, terus ditanyain pendapat tentang hot isu waktu
itu, dan macem-macem deh. Aku termasuk beruntung nggak ditanyain aneh-aneh.
Lanjut pada sesi kedua, ini nih
yang unexpected banget! So, waktu giliranku tiba, aku masuk dan duduk di depan
dua orang alumni PPAN (entah tahun berapa). Aku duduk dengan kostum tari angguk
yang menurutku cukup “heboh”, plus rempong karena bawa laptop beserta speaker
di meja itu. Di samping kanan ada beberapa kandidat yang juga lagi diuji
kebolehannya. Aku menatap si mbak dan mas di depanku sambil tersenyum kalem.
Mereka pun balas tersenyum dan mulai menanyaiku tentang kesibukanku. Nah, ini
nih, kalau ditanya kesibukan aku suka bingung. Soalnya kesibukanku itu seabreg,
macem-macem, nggak tetap, dan kadang nggak jelas, wkwkwk. Tapi yaudah deh, aku
jawab sekenanya, dari mulai liputan lah, mainin youtube lah, ngajar TPA lah,
ikut PPS lah, bikin novel lah, ngejalanin komunitas anak-anak lah, de el el.
Mereka sampai bilang, “Kita aja yang denger ceritamu ikut pusing, apalagi kamu
ya?”. Tapi aku terus bilang, kalau kesibukanku itu nggak tetap, kecuali TPA,
liputan, youtube, dan ngurus komunitas. Jadi kebanyakan aku target per bulan,
misal bulan ini kegiatan apa, bulan depan apa, minggu ini apa, minggu depan
apa, jadi bakal ganti-ganti terus. Setelah itu aku juga ditanyain tentang
alasan daftar PPAN, terus besok misal keterima jadi anggota PCMI, aku ngatur
waktu dengan kesibukanku itu tadi mau kayak gimana. Begitu
pertanyaan-pertanyaan itu selesai, akhirnya tibalah pada sesi unjuk bakat.
Pada sesi ini, aku bener-bener
lagi ngerasa dikerjain. First, karena mereka tahu aku vlogger di youtube,
mereka nyuruh aku ngevlog saat itu juga. Nggak cuma di hadapan mereka, tapi
disuruh keluar sampai ke ruang tunggu peserta. Well, ini lumayan nguji mental
dan rasa malu sebenernya. Tapi yaudahlah, take it easy aja. Aku pun langsung
muka tembok begitu ngeluarin handycam dari tas. Bodo amat diliatin banyak
orang, yang penting bisa ngejalanin perintah dengan totalitas. Habis itu, aku
disuruh nulis naskah dalam waktu 1 menit. Ya, lagi-lagi berdasarkan CV-ku,
karena aku nulis di CV kalau sering liputan sebagai citizen journalist. Sebenarnya
waktu 1 menit itu nggak dapat apa-apa kalau mau nulis naskah. Aku aja itu yg
langsung nulis cuma dapat 3 baris. Selanjutnya, aku disuruh main drama, karena
di CV aku nulis kalau pernah ikut teater. Yaudah, aku pun drama sekenanya aja.
Waktu mereka nyuruh akting marah, ya aku marah, akting sedih, aku pun sedih,
akting ketawa, ya aku ketawa, pokoknya nurut ajalah apa kata mereka. Sejauh itu
aku nggak ada kendala. Yang nggak disangka itu, tiba-tiba aku disuruh ngambil
properti yang disediain, entah kain batik, pewarna, kertas, dan sebagainya. Aku
disuruh milih mana aja yang mau dibawa dan dipakai untuk melakukan sesuatu yang
“terserah”. Well, jujur aku bingung. Karena kalau suruh ngegambar, aku nggak
bisa nggambar, jadilah aku main peran di situ. Ceritanya, aku jadi ibu guru
yang menyuruh anak-anak di depanku buat ngegambar kain batik yang aku pegang.
Mereka pun pinter, karena mereka nggak mau gambar, mereka pura-pura jadi anak
kecil yang minta dicontohin ngegambar sama ibu gurunya. Baiklah, jadinya aku
pun mencontohkan seadanya.
Nah, terakhir ini, yang paling
unexpected! Di saat aku mau unjuk bakat nari, kukira akan berjalan dengan
lancar layaknya aku latihan di rumah. Total durasi tarian harusnya 7 menit.
Tapiii, begitu aku mulai nari, ternyata jurinya iseng mainin laptopku. Jadilah
bagian-bagian lagunya diloncat-loncat, maju mundur, maju mundur (cantiik,
cantiik *eaak). Karena aku nggak hafal betul gerakannya kalau nggak urut ya,
alhasil aku nari sekenanya aja. Kalau pas lagi inget lagu bagian mana dan
gerakannya apa ya aku tariin, kalau pas nggak inget ya aku asal nari alias
ngarang. Dan dari situlah aku menilai, sepertinya emang mereka pengen nguji
sejauh mana aku menguasai gerakan, dan bisa juga menguji kreativitasku beserta
para kandidat lain. Aku yakin teman-teman yg lain juga dapat tantangan yg nggak
kalah “seru”. Ya, bagiku ini seru, karena inilah yang justru berkesan dari
tahap interview ini.
bersambung...
Sebelumnya : Seleksi Administrasi PPAN 2018
Selanjutnya : Seleksi Semifinal PPAN 2018, Dari Parangtritis ke Kaliurang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar