Hai...
Di antara kegundahan malam ini,
aku ingin menyampaikan apa yang kurasakan. Biasanya aku menyampaikan apapun
pada ibuku. Tapi tidak untuk ini. Belum. Belum saatnya. Aku belum berani. Pada
temanku? Entahlah. Aku belum menemukan orang yang tepat untuk kuajak berbagi.
Mungkin ada, tapi dia sedang tidak di sini. Tidak di sisiku. Aku pun ragu untuk
menghubungi mereka. Takut mengganggu. Ini hanya kepentinganku yang mungkin
terdengar remeh.
Aku rindu...
Entah apa yang aku rindukan.
Mungkin dirimu. Ya...
Meski sebenarnya aku tidak
menginginkan kerinduan ini. Menurutku ini berlebihan. Rindu yang tak
seharusnya. Rindu yang belum tepat saatnya.
Aku ingin menghindarimu. Aku
tidak ingin terlalu jauh memikirkanmu. Tapi kurasa itu seperti mengangkat batu
besar yang beratnya tiga kali lipat melebihi beratku. Aku sedang berproses
menghindarimu. Agar aku tidak selalu berpikiran tentangmu. Agar aku tidak
teringat ucapan serius yang kau ucapkan tempo lalu lewat sebuah pesan. Ucapan
sakral yang mampu memutarbalikkan kehidupanku seratus delapan puluh derajat.
Yang tadinya hanya sesekali waktu saja aku terpikirkan olehmu, kini hampir tiap
detik. Yang tadinya aku membayangkan kehidupanku sendiri, menjadi memikirkan
kehidupanku bersamamu. Ya. Semua karena kata-katamu itu. Pikiranku menjadi
kalut beberapa hari ini. Sesak akan bayangan-bayangan yang tak seharusnya
timbul. Tidak. Memang tidak. Memang belum saatnya. Aku belum pantas untuk
berpikir seperti ini. Kau belum tentu bersamaku dan aku belum tentu bersamamu.
Bahkan, kita belum pernah bertemu.
Ini juga yang aku herankan.
Sejauh aku berkenalan dengan seseorang, sejauh aku mengenal seorang lelaki,
selalu yang menjadi teman dekatku adalah mereka yang ada di sekelilingku. Ya,
mungkin kau juga di sekelilingku beberapa bulan ini. Setidaknya di dunia maya.
Kita saling kenal. Kita saling support dalam berkarya. Bahkan beberapa hari
ini, aku semakin mengagumimu. Perlahan. Dalam perasaan yang samar. Ketika
kutemui bahwa kau orang yang begitu aktif. Ketika kuketahui bahwa kau orang
yang bisa dipercaya dan diandalkan. Ketika kutemui fakta bahwa kau orang yang
serius, dan mau bekerja keras. Semua itu... semua itu kudapatkan dari
kekepoanku padamu. Aku ingin benar-benar tahu, siapa orang yang sedang kuhadapi
akhir-akhir ini, kenapa aku bisa begitu akrab padanya? Kenapa aku bisa
mengatakan “ya” sementara aku belum pernah menemuimu.
Tapi, hei, dunia maya itu bisa
menipu, bukan? Sesuatu yang mungkin kita akan interest di dalamnya, namun
begitu melihat kenyataan di dunia nyata, semua jauh berbeda. Atau mungkin ada
sedikit perbedaan, namun mampu melempar jauh pandanganmu selama ini. Itu dia.
Itu yang aku takutkan. Aku takut pandanganku selama ini padamu akan berubah,
entah karena faktor apapun itu. Aku takut pertemuan yang insyaallah akan
berlangsung selama tujuh hari itu akan mengubah bayangan-bayanganku selama ini.
Tapi, aku akan serahkan semua ini pada-Nya. Semua yang dikatakan-Nya lewat isi
pikiran dan hatiku, akan kuturuti. Akan kuanggap itu sebagai ilham. Entah
apapun kondisimu, aku akan menuruti apa yang akan dikatakan hatiku. Semoga
Allah memberi petunjuk. Semoga kita benar-benar bisa bertemu.
Doakan aku sampai di sana, seseorang yang perlahan kukagumi, meski belum pernah kutemui.
Bantul, 6 Februari 2018.
23.46 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar