4 Juni 2020

Untukmu, Calon Imamku...


Aku tak tahu pasti alasan aku memilihmu. Mungkin jika ditanya kriteria lelaki idaman, banyak poin yang akan kusebutkan. Yang mungkin beberapa di antaranya tak kau miliki.
Sekali lagi, aku tak tahu pasti. Yang aku tahu, aku memilihmu karena aku mau berjuang bersamamu. Seperti yang kau katakan dulu di malam keakraban, di hadapan teman-teman karang taruna, “Pengen sama yang mau diajak berjuang bareng,”.

Tak kusangka, ternyata pada akhirnya adalah aku, perempuan yang akan kau ajak berjuang.
Yang aku tahu lagi, aku sebenarnya sudah lelah. Sangat sangat lelah. Bahkan mungkin sampai terbawa khilaf. Lelah akan lelaki yang silih berganti singgah di hati tapi ujung-ujungnya selalu pergi. Ada yang sempat menggenggam perasaannya, ada yang tidak. Ada yang cocok, tapi perlahan mulai pergi. Ada cocok, tapi ternyata beda prinsip. Ada yang cocok, tapi ternyata belum siap. Ada yang kusuka, tapi ternyata dia tidak suka. Ada yang kusuka, tapi nggak tahu masa depannya kayak gimana. Ada yang suka aku, tapi perasaanku nggak begitu. Ada yang langsung datang ke rumah, tapi hatiku belum pulih seutuhnya. Begitulah kalau belum jodoh. Ada saja jalan Tuhan untuk membelokkan.


Hingga akhirnya kau datang, di saat aku mulai membuka pintu hati.

Waktu itu, aku berpikir, “Jika kau hanya main-main, atau mungkin tidak serius dalam waktu dekat ini, mungkin lebih baik jauh saja. Daripada dekat, tapi Tuhan tidak suka. Lebih baik komunikasi kita dibatasi. Lebih baik semua normal-normal saja seperti tidak ada apa-apa.”

Tapi ternyata... kau berubah pikiran. Kau menanyaiku, “Mau kapan?”

Oh ya, satu lagi yang aku tahu pasti. Aku sangat yakin dan percaya pada takdir Allah. Kalau belum takdirnya, ya tidak akan ketemu meski bagaimanapun dan sekeras apapun usaha kita. Tapi jika memang berjodoh, pasti semua akan dipermudah. Dan entah, hanya dalam waktu kurang lebih satu bulan mengenalmu lebih jauh, hingga kau memutuskan untuk menemui orangtuaku, atas izin Allah semua dipermudah. Begitu pun aku. Di saat aku merasakan keraguan itu, semua kupasrahkan pada Yang Kuasa. Aku ingin Dia yang menjawab. Ridho Allah, ada pada ridho orangtua, kan? Terlebih ibu. Karena itu, semua kupasrahkan pada ibuku. Jika ibuku menjawab ‘ya’, berarti aku akan lanjut. Tapi jika ‘tidak’, aku akan menurut kata ibuku.

Dan ternyata, ibu ridho. Sampai semua proses terlaksana begitu cepatnya. Dan jika sampai ikrar janji suci terucap, aku baru yakin bahwa Allah memang sengaja mempertemukan kita.

Pasti akan ada banyak hikmah setelah ini. Akan ada banyak perjuangan. Akan ada banyak tawa dan air mata. Semua pasti akan kita alami. Boleh aku minta tolong? Ingatkan aku jika nantinya aku tak sengaja berbuat salah. Ingatkan aku jika aku mulai jauh dari Tuhanku. Begitu juga dengan kita, semoga kita bersama-sama saling mengingatkan dan memperbaiki untuk menggapai ridho-Nya. Kebersamaan kita... enggak cuma di dunia aja, kan? Semoga sampai akhirat, ya. :)

Bantul, 4 Juni 2020.
11.17 PM

2 komentar:

  1. Cocweeet 🤩
    Semoga selalu menjadi keluarga yg sakinnah mawaddah warrohmah ya mb eki💞

    BalasHapus
  2. Doa terbaik buat mbk eki panutan ku. Ku ingin seperti mbk eki pacaran setelah halal. Sakinah mawadah warahmah ya mbk eki..

    BalasHapus