Banyak hal
baru yang aku dapat selama liputan empat hari ini bersama tim daily. Liputan
pertama adalah hari Kamis, saat Idul Adha. Aku liputan bersama mas Cauzsa.
“Nama yang unik.” pikirku saat itu. Kami liputan di masjid Istiqlal Jakarta
untuk meliput penyembelihan sapi kurban pak Jokowi. Saat itu aku ditugaskan
untuk stand by jam 1 siang di P3 (parkir lantai 3) tepatnya di ruang logistik
NET. Di sana aku hanya duduk diam, kedinginan, sambil menunggu perintah dari
korlip (koordinator liputan) akan ditugaskan ke mana, karena awalnya memang
belum tau mau ke mana. Begitu sudah ada proyeksi atau gambaran dari korlip,
kami pun langsung berangkat. Kami berangkat tepatnya jam 3 sore. Setelah
muter-muter karena ada suatu hal, akhirnya baru sampai di Istiqlal jam 5 sore.
Itu adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di halaman masjid Istiqlal.
“Subhanallah, terima kasih Allah atas nikmat dan karunia-Mu. Engkau izinkan aku
untuk bisa merasakan suasana masjid terbesar dan fenomenal di Jakarta ini.”
batiknku ketika itu. Memang enak liputan. Salah satu keuntungannya kita bisa
jalan-jalan gratis dan tau banyak tempat.
30 September 2015
25 September 2015
Ketemu Reza Rahardian!
Hari itu, hari Jumat 11
September, tidak menyangka akan menjadi hari yang spesial. Ternyata memang
benar, Jumat hari yang berkah, haha. Di hari itu aku mendapatkan 2 moment
spesial, yang pertama karena liputan konser Bon Jovi (walaupun hanya liputan
keramaian doang), dan yang kedua karena bertemu dengan Reza Rahardian. Spesial!
Benar-benar spesial!!!
Malam itu, malam menjelang hari
Jumat, malam menjelang tanggal 11 September, aku tak bisa tidur. Entah kenapa,
aku sendiri tidak tahu. Padahal aku tipe orang yang pelor alias ngantukan.
Cepat sekali untuk tidur. Namun entah kenapa berbeda untuk hari itu. Aku baru bisa
tidur jam 1 malam, dan terbangun jam 3 pagi. Aku terbangun mungkin karena
pertama panas, di kos memang udaranya panas banget, dan kedua karena tidurku
nggak nyaman.
Pengalaman 20 Hari Magang di NET.
Banyak hal yang
diperoleh dari proses magang selama kurang lebih 3 minggu ini, dari mulai 2-20
September 2015, baik dari proses yang dijalani dalam program acara ataupun dari
pengamatan pribadi. Beberapa hal yang telah didapat akan saya jabarkan sebagai
berikut :
- PA NET CJ
Sebagai
PA NET CJ saya belajar untuk merangkum atau meresume naskah di nsys.netcj.co.id. Dari naskah yang
beraneka macam bentuknya, baik dari yang sudah profesional maupun masih sangat
amatir, saya harus bisa mengambil poin-poin inti dari berita yang CJ kirimkan.
14 September 2015
Magang di Bagian Apa?
Inilah pertanyaan kedua yang
sering muncul, “Eki magang di NET bagian apa?”
Biar tidak satu-satu jawabnya,
maka akan saya terangkan di sini. Saya magang di divisi news, program NET CJ.
Jika kamu sering menonton NET terlebih di acara NET10, biasanya ada video
kiriman warga atau sering disebut Citizen Journalist (CJ), nah di bagian inilah
saya bekerja. Tugasku adalah meresume atau merangkum naskah yang biasanya sudah
ditulis oleh para CJ, karena naskah mereka panjang, sementara untuk dipublish
di website netcj.co.id admin hanya
bisa menulis rangkumannya sepanjang 500 karakter. Biasanya yang dirangkum
adalah unsur 5 W 1 H. Kalaupun ada unsur yang tidak tercantum di naskah,
biasanya hanya diambil intinya saja, yang penting penonton bisa tahu inti
penting dari berita itu.
10 September 2015
About Jakarta
Jakarta, kota nan mahal.
Ya, memang benar Jakarta kota
yang mahal, tentunya kalau dibandingkan dengan Jogja. Karena aku sudah terbiasa
hidup di Jogja sejak lahir dengan segala hal murah, jadi apa-apa yang ada di
sini jadi serba mahal bagiku. Terlebih ketika mendengar salah satu kakak
kelasku yang juga kerja di NET, namanya Mbak Tami, mengatakan kalau biaya
kosnya satu juta per bulan. Benar-benar kaget! Secara, setahuku kos rata-rata
di Jogja antara 200-400 ribu kalau dihitung per bulan. Lah ini? 1 juta men! Bisa
buat 5 bulan ngekos di Jogja!
Perjuangan Yang Tak Sia-Sia
Sebelumnya aku tak pernah
menyangka akan ada di sini. Ternyata ada saja jalan Allah untuk mengabulkan
mimpi-mimpi hamba-Nya.
Awalnya aku sedikit pesimis.
Banyak orang yang bertanya, “Kamu jadi magang di Jakarta? Terus kuliahmu
gimana?”
Ya, aku memang masih meninggalkan
satu mata kuliah di semester 7, yaitu Produksi Acara TV 2. Sebenarnya kalau
saja aku sudah mengambilnya di semester 5, aku pasti bisa bebas magang di
Jakarta tanpa harus memikirkan mata kuliah. Tapi apalah dikata, takdir memang
sudah menggariskanku seperti ini. Aku dulu belum mengambilnya karena memang
tidak tahu taktik ini. Tapi ketika itu, aku yakin saja. Kalaupun memang Allah
mengizinkanku magang di Jakarta seperti yang kuinginkan, pasti akan ada jalan.
Tapi jika memang Allah tidak mengizinkan, pasti akan ada saja halangan yang
menutup jalanku. Itu keyakinanku saat itu. Dan kini... aku mengerti semuanya.
Langganan:
Postingan (Atom)