Banyak hal yang
diperoleh dari proses magang selama kurang lebih 3 minggu ini, dari mulai 2-20
September 2015, baik dari proses yang dijalani dalam program acara ataupun dari
pengamatan pribadi. Beberapa hal yang telah didapat akan saya jabarkan sebagai
berikut :
- PA NET CJ
Sebagai
PA NET CJ saya belajar untuk merangkum atau meresume naskah di nsys.netcj.co.id. Dari naskah yang
beraneka macam bentuknya, baik dari yang sudah profesional maupun masih sangat
amatir, saya harus bisa mengambil poin-poin inti dari berita yang CJ kirimkan.
Akan lebih lengkap ketika poin-poin tersebut mengandung unsur 5W 1H. Namun
terkadang para CJ hanya mencantumkan beberapa poin saja dalam naskahnya dengan
informasi yang sangat sedikit, bahkan ada yang hanya 1 baris, sehingga mau
tidak mau PA NET CJ hanya bisa menampilkan informasi seadanya di kolom resume. Namun dari puluhan resume setiap hari itu tidak semuanya
akan di-publish di web maupun di TV.
Produser lah yang akan menyeleksinya. PA hanya merangkum kiriman yang sudah di-approve oleh produser, dan selanjutnya
produser yang memiliki kebijakan untuk memilih mana yang layak tayang dan tidak.
Pertimbangan
video untuk tayang pun bermacam-macam. Video yang tayang di web belum tentu
tayang di TV, begitu juga sebaliknya. Kriteria untuk tayang di TV pun juga
bermacam-macam. Mulai dari aktualnya berita tersebut, kelengkapan gambar dan
juga naskah, tingginya nilai berita, unik, kualitas gambar, dan sebagainya.
- Liputan Bon Jovi
Pada
11 September 2015 tepatnya hari Jumat saya ditugaskan bersama Willi sebagai CJ untuk
meliput suasana di konser Bon Jovi, meski hanya di luar halaman Stadion Gelora
Bung Karno. Dari liputan itu saya melihat langsung proses live report dari beberapa stasiun televisi, termasuk NET. record, lalu bertanya santai
pada narasumber seolah sedang mengajak mengobrol. Hal ini agar narasumber tidak
terlihat gugup dan merasa sedang diwawancara, baru setelah selesai mewawancara
kita memperkenalkan diri dan menanyai nama narasumber. Jika narasumber tidak
berkomentar itu berarti tidak ada masalah untuk gambar tadi ditayangkan.
Kecuali jika narasumber berkomentar dan tidak bersedia ditayangkan, barulah kita
yang harus menghargai privasinya untuk tidak menayangkan.
Live report NET 16 oleh mbak Melisa saat konser Bon Jovi.
Satu ilmu baru yang saya dapat adalah ketika ingin melakukan wawancara dengan orang, terlebih di keramaian, tidak perlu berbasa-basi memperkenalkan diri dan meminta izin untuk memberi waktu sebentar seperti yang saya lakukan ketika liputan di Jogja, karena hal itu biasanya akan direspon negatif. Orang-orang biasanya sudah terlanjur malu jika harus menyiapkan diri, terlebih untuk berbicara di hadapan kamera. Alangkah baiknya jika kita sudah menyiapkan kamera dalam keadaan
Satu
hal lagi yang saya ketahui dari sistem kerja di divisi news ini. Tim liputan ternyata menjadi bagian tersendiri dan tidak
bergabung bersama tim produksi. Tim liputan dikoordinasi oleh korlip, sementara
tim produksi di bawah naungan produser. Berbeda dengan SUKATV yang merupakan televisi
komunitas di kampus saya, di mana tim liputan juga merupakan tim produksi. Jadi
misal dalam satu program acara terdiri dari 10 orang, maka 10 orang itulah yang
menjadi tim liputan dan juga tim produksi. Sehingga tanggung jawab pekerjaan
pun terkesan berat. Namun hal ini wajar, karena memang di sana terkendala
dengan keterbatasan SDM. Sementara di sini SDM melimpah dan memang dituntut
untuk kerja profesional karena notabenenya sudah televisi nasional.
- PA NET 24
Beralih
menjadi PA (Production Assistant) di NET 24 setelah 2 minggu magang menjadi hal
baru bagi saya, karena di SUKATV sendiri belum pernah saya mendengar istilah
PA. Dalam satu program news di SUKATV
biasanya hanya ada produser, presenter, reporter, kameramen, dan editor. Meski
baru terhitung 6 hari magang di NET 24, dengan rincian 4 hari di lantai 29
sebagai PA ingest, dan 2 hari di lantai
28 untuk melihat prosesi kerja yang sebenarnya, namun hal yang saya dapat dari waktu
hampir satu minggu ini cukup banyak.
Di NET 24 inilah saya mengenal
istilah-istilah baru seperti ingest,
feeding, rough cut, dan sebagainya. Di hari pertama saya mulai mengenal
kata ingest, meski saat itu belum
begitu paham. Lambat hari saya semakin mengerti, bahwa ingest adalah proses memasukkan data ke pihak library yang merupakan server
penyimpanan semua data program acara di NET. Sehingga sebagai server, library dapat mengutak-atik file yang masuk dan keluar tanpa harus
menggunakan flash disk ataupun kaset, karena sudah terkoneksi dengan seluruh
komputer yang ada di kantor.
Di
NET 24 sendiri biasanya yang di-ingest
adalah liputan-liputan yang akan tayang di program NET 24. Salah satu fungsinya
adalah memudahkan editor untuk memilih file yang akan diedit melalui kode-kode
yang sudah diberikan oleh pihak library.
Library di NET sendiri ada di lantai
29. Di library ini selain bisa ingest dan restore data, juga bisa feeding
data atau menangkap data yang sedang dikirim melalui sinyal dari daerah
tertentu. Feeding data biasanya
dilakukan jika sudah ada perintah dari produser untuk memulai feeding.
Selain
itu saya juga mengenal istilah baru yaitu rough
cut, yang kalau di NET 24 sendiri biasa ditulis dengan ejaan Indonesia
“Rafkat” yang artinya gambaran atau naskah kasar. Ini untuk memudahkan editor
mengedit liputan secara kasar seperti menyiapkan tittle, subtittle, ataupun nama narasumber, ketika naskah yang asli
belum selesai diedit oleh produser dan belum di VO oleh dubber. Biasanya rafkat
dilakukan ketika waktu sudah sangat mendesak, agar nantinya editor tidak merasa
diburu waktu ketika sedang mengedit. Antara PA satu dengan yang lain biasanya
berbeda selera dalam pengadaan rafkat. Ada yang jauh-jauh menit sebelum on air sudah menyiapkan rafkat untuk
menghindari kekacauan dalam mengedit karena waktu terlalu mendesak, namun ada
juga yang memilih tidak membuat rafkat karena sama saja dengan dua kali kerja.
Tugas
utama seorang PA adalah membantu urusan teknisi agar dalam pelaksanaan produksi
sebuah acara dapat berjalan lancar. Untuk detail pekerjaan PA di NET 24 sendiri
ada bermacam-macam. Mulai dari menyiapkan data-data yang akan di-ingets, hingga mencatat apa saja yang
menjadi evaluasi dalam produksi. Untuk menyiapkan data yang akan di-ingest biasanya PA mencatat dari rundown dengan slug-slug yang sudah masuk,
namun ingest baru dilakukan ketika video atau gambar sudah selesai ditarik oleh
bagian korlip. Sehingga PA harus rajin-rajin menanyakan video yang sudah masuk
pada korlip. Jika sudah, barulah ingest
bisa dilakukan. Ingest dadakan
terkadang juga dilakukan ketika produser baru saja menerima kiriman liputan
dari kontributor, kemudian mengkomando PA untuk meng-ingest data tersebut.
Selain
ingest, tugas lain PA adalah
mengeprint naskah yang sudah dikoreksi produser, lalu mencarikan dubber untuk
VO. Begitu dubber selesai VO, PA mencatat nama file VO dan kode video liputan
yang sudah di-ingest pada naskah agar
memudahkan editor mencari file yang akan diedit. Satu catatan ketika memberikan
naskah pada editor, yaitu tidak boleh ada dua liputan berturut-turut dalam satu
segmen dikerjakan oleh satu editor. Sehingga ketika ada liputan yang berurutan
harus dicarikan editor lain. Selain memastikan file liputan yang akan diedit,
PA juga bertugas memberitahu editor apa saja HILITE dan TEASER yang akan
digunakan. HILITE adalah cuplikan liputan yang dibaca presenter pada awal acara,
bisa dikatakan HILITE ini berfungsi sebagai headline berita, sementara TEASER
adalah cuplikan liputan menjelang commercial
break atau iklan. Penentuan HILITE dan TEASER dilakukan oleh produser,
sehingga PA baru bisa memberitahu editor ketika sudah mendapat informasi dari
produser tentang HILITE dan TEASER yang akan digunakan.
Untuk
di NET 24 sendiri, PA juga bertugas sebagai operator promter di dalam control room. Selain itu PA juga yang
menyiapkan tablet untuk presenter, memastikan wardrobe presenter, dan memastikan antaran dan jemputan untuk
presenter maupun staff lainnya. Sedangkan ketika produksi sudah selesai, tugas
PA adalah mencatat hal-hal yang menjadi evaluasi selama produksi. Evaluasi
terdiri dari segi show, teknis, dan
konten. Show melibatkan di antaranya
penampilan presenter di layar kaca, kelancaran presenter dalam membacakan lead, dan hal-hal umum lainnya.
Sementara untuk masalah teknis adalah seputar operasional alat, ketepatan waktu
produksi, pengambilan gambar cameraman
di studio, FD, PD, audio, dan sebagainya. Yang terakhir adalah bagian konten, biasanya
di bagian konten akan diberikan satu per satu komentar tentang liputan yang
digarap mulai dari kelengkapan, komposisi, angle pengambilan, dan kualitas
gambar, lalu VO dari liputan tersebut apakah sudah sesuai atau belum, kehalusan
dan kerapian editingnya, dan juga yang inti adalah ide dari liputan tersebut. Jika
sudah bagus dan tidak ada komentar, biasanya akan di-skip. Catatan evaluasi ini nantinya akan dicek oleh produser, baru
setelah itu dikirim ke pihak-pihak yang bersangkutan.
Selain
menjadi PA, pada 20 September kemarin saya dan beberapa rekan magang juga
belajar VO dengan mas Noviar Jamaal atau mas Pipin. Meski sebenarnya saya sudah
cukup terbiasa VO, baik di SUKATV maupun di radio, namun ada beberapa hal baru
yang saya dapat dari perkataan mas Pipin. Yang saya ingat adalah mas Pipin saat
itu mengatakan, “Ketika kita terbiasa menjadi dubber, maka kita akan dapat
lebih mudah membuat naskah.”, dan juga kata-kata yang menegaskan bahwa VO itu
bukan hanya sekadar membaca, namun bercerita. Bagaimana agar kita bisa
bercerita pada pemirsa dan menyentuh hati pemirsa dengan VO kita atas liputan
yang ada. Karena menyampaikan informasi berbeda dengan bercerita. Menyampaikan
informasi menghasilkan suasana serius, sementara bercerita akan menghasilkan
suasana yang akrab dengan penonton.
Jakarta, 20 September 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar