25 September 2015

Pengalaman 20 Hari Magang di NET.

Banyak hal yang diperoleh dari proses magang selama kurang lebih 3 minggu ini, dari mulai 2-20 September 2015, baik dari proses yang dijalani dalam program acara ataupun dari pengamatan pribadi. Beberapa hal yang telah didapat akan saya jabarkan sebagai berikut :
  •  PA NET CJ
Sebagai PA NET CJ saya belajar untuk merangkum atau meresume naskah di nsys.netcj.co.id. Dari naskah yang beraneka macam bentuknya, baik dari yang sudah profesional maupun masih sangat amatir, saya harus bisa mengambil poin-poin inti dari berita yang CJ kirimkan.
Akan lebih lengkap ketika poin-poin tersebut mengandung unsur 5W 1H. Namun terkadang para CJ hanya mencantumkan beberapa poin saja dalam naskahnya dengan informasi yang sangat sedikit, bahkan ada yang hanya 1 baris, sehingga mau tidak mau PA NET CJ hanya bisa menampilkan informasi seadanya di kolom resume. Namun dari puluhan resume setiap hari itu tidak semuanya akan di-publish di web maupun di TV. Produser lah yang akan menyeleksinya. PA hanya merangkum kiriman yang sudah di-approve oleh produser, dan selanjutnya produser yang memiliki kebijakan untuk memilih mana yang layak tayang dan tidak.
Pertimbangan video untuk tayang pun bermacam-macam. Video yang tayang di web belum tentu tayang di TV, begitu juga sebaliknya. Kriteria untuk tayang di TV pun juga bermacam-macam. Mulai dari aktualnya berita tersebut, kelengkapan gambar dan juga naskah, tingginya nilai berita, unik, kualitas gambar, dan sebagainya.
  • Liputan Bon Jovi
Pada 11 September 2015 tepatnya hari Jumat saya ditugaskan bersama Willi sebagai CJ untuk meliput suasana di konser Bon Jovi, meski hanya di luar halaman Stadion Gelora Bung Karno. Dari liputan itu saya melihat langsung proses live report dari beberapa stasiun televisi, termasuk NET. record, lalu bertanya santai pada narasumber seolah sedang mengajak mengobrol. Hal ini agar narasumber tidak terlihat gugup dan merasa sedang diwawancara, baru setelah selesai mewawancara kita memperkenalkan diri dan menanyai nama narasumber. Jika narasumber tidak berkomentar itu berarti tidak ada masalah untuk gambar tadi ditayangkan. Kecuali jika narasumber berkomentar dan tidak bersedia ditayangkan, barulah kita yang harus menghargai privasinya untuk tidak menayangkan.

Live report NET 16 oleh mbak Melisa saat konser Bon Jovi.

Satu ilmu baru yang saya dapat adalah ketika ingin melakukan wawancara dengan orang, terlebih di keramaian, tidak perlu berbasa-basi memperkenalkan diri dan meminta izin untuk memberi waktu sebentar seperti yang saya lakukan ketika liputan di Jogja, karena hal itu biasanya akan direspon negatif. Orang-orang biasanya sudah terlanjur malu jika harus menyiapkan diri, terlebih untuk berbicara di hadapan kamera. Alangkah baiknya jika kita sudah menyiapkan kamera dalam keadaan
Satu hal lagi yang saya ketahui dari sistem kerja di divisi news ini. Tim liputan ternyata menjadi bagian tersendiri dan tidak bergabung bersama tim produksi. Tim liputan dikoordinasi oleh korlip, sementara tim produksi di bawah naungan produser. Berbeda dengan SUKATV yang merupakan televisi komunitas di kampus saya, di mana tim liputan juga merupakan tim produksi. Jadi misal dalam satu program acara terdiri dari 10 orang, maka 10 orang itulah yang menjadi tim liputan dan juga tim produksi. Sehingga tanggung jawab pekerjaan pun terkesan berat. Namun hal ini wajar, karena memang di sana terkendala dengan keterbatasan SDM. Sementara di sini SDM melimpah dan memang dituntut untuk kerja profesional karena notabenenya sudah televisi nasional.

  •  PA NET 24
Beralih menjadi PA (Production Assistant) di NET 24 setelah 2 minggu magang menjadi hal baru bagi saya, karena di SUKATV sendiri belum pernah saya mendengar istilah PA. Dalam satu program news di SUKATV biasanya hanya ada produser, presenter, reporter, kameramen, dan editor. Meski baru terhitung 6 hari magang di NET 24, dengan rincian 4 hari di lantai 29 sebagai PA ingest, dan 2 hari di lantai 28 untuk melihat prosesi kerja yang sebenarnya, namun hal yang saya dapat dari waktu hampir satu minggu ini cukup banyak. 
Di NET 24 inilah saya mengenal istilah-istilah baru seperti ingest, feeding, rough cut, dan sebagainya. Di hari pertama saya mulai mengenal kata ingest, meski saat itu belum begitu paham. Lambat hari saya semakin mengerti, bahwa ingest adalah proses memasukkan data ke pihak library yang merupakan server penyimpanan semua data program acara di NET. Sehingga sebagai server, library dapat mengutak-atik file yang masuk dan keluar tanpa harus menggunakan flash disk ataupun kaset, karena sudah terkoneksi dengan seluruh komputer yang ada di kantor.
Di NET 24 sendiri biasanya yang di-ingest adalah liputan-liputan yang akan tayang di program NET 24. Salah satu fungsinya adalah memudahkan editor untuk memilih file yang akan diedit melalui kode-kode yang sudah diberikan oleh pihak library. Library di NET sendiri ada di lantai 29. Di library ini selain bisa ingest dan restore data, juga bisa feeding data atau menangkap data yang sedang dikirim melalui sinyal dari daerah tertentu. Feeding data biasanya dilakukan jika sudah ada perintah dari produser untuk memulai feeding.
Selain itu saya juga mengenal istilah baru yaitu rough cut, yang kalau di NET 24 sendiri biasa ditulis dengan ejaan Indonesia “Rafkat” yang artinya gambaran atau naskah kasar. Ini untuk memudahkan editor mengedit liputan secara kasar seperti menyiapkan tittle, subtittle, ataupun nama narasumber, ketika naskah yang asli belum selesai diedit oleh produser dan belum di VO oleh dubber. Biasanya rafkat dilakukan ketika waktu sudah sangat mendesak, agar nantinya editor tidak merasa diburu waktu ketika sedang mengedit. Antara PA satu dengan yang lain biasanya berbeda selera dalam pengadaan rafkat. Ada yang jauh-jauh menit sebelum on air sudah menyiapkan rafkat untuk menghindari kekacauan dalam mengedit karena waktu terlalu mendesak, namun ada juga yang memilih tidak membuat rafkat karena sama saja dengan dua kali kerja.
Tugas utama seorang PA adalah membantu urusan teknisi agar dalam pelaksanaan produksi sebuah acara dapat berjalan lancar. Untuk detail pekerjaan PA di NET 24 sendiri ada bermacam-macam. Mulai dari menyiapkan data-data yang akan di-ingets, hingga mencatat apa saja yang menjadi evaluasi dalam produksi. Untuk menyiapkan data yang akan di-ingest biasanya PA mencatat dari rundown dengan slug-slug yang sudah masuk, namun ingest baru dilakukan ketika video atau gambar sudah selesai ditarik oleh bagian korlip. Sehingga PA harus rajin-rajin menanyakan video yang sudah masuk pada korlip. Jika sudah, barulah ingest bisa dilakukan. Ingest dadakan terkadang juga dilakukan ketika produser baru saja menerima kiriman liputan dari kontributor, kemudian mengkomando PA untuk meng-ingest data tersebut.
Selain ingest, tugas lain PA adalah mengeprint naskah yang sudah dikoreksi produser, lalu mencarikan dubber untuk VO. Begitu dubber selesai VO, PA mencatat nama file VO dan kode video liputan yang sudah di-ingest pada naskah agar memudahkan editor mencari file yang akan diedit. Satu catatan ketika memberikan naskah pada editor, yaitu tidak boleh ada dua liputan berturut-turut dalam satu segmen dikerjakan oleh satu editor. Sehingga ketika ada liputan yang berurutan harus dicarikan editor lain. Selain memastikan file liputan yang akan diedit, PA juga bertugas memberitahu editor apa saja HILITE dan TEASER yang akan digunakan. HILITE adalah cuplikan liputan yang dibaca presenter pada awal acara, bisa dikatakan HILITE ini berfungsi sebagai headline berita, sementara TEASER adalah cuplikan liputan menjelang commercial break atau iklan. Penentuan HILITE dan TEASER dilakukan oleh produser, sehingga PA baru bisa memberitahu editor ketika sudah mendapat informasi dari produser tentang HILITE dan TEASER yang akan digunakan.
Untuk di NET 24 sendiri, PA juga bertugas sebagai operator promter di dalam control room. Selain itu PA juga yang menyiapkan tablet untuk presenter, memastikan wardrobe presenter, dan memastikan antaran dan jemputan untuk presenter maupun staff lainnya. Sedangkan ketika produksi sudah selesai, tugas PA adalah mencatat hal-hal yang menjadi evaluasi selama produksi. Evaluasi terdiri dari segi show, teknis, dan konten. Show melibatkan di antaranya penampilan presenter di layar kaca, kelancaran presenter dalam membacakan lead, dan hal-hal umum lainnya. Sementara untuk masalah teknis adalah seputar operasional alat, ketepatan waktu produksi, pengambilan gambar cameraman di studio, FD, PD, audio, dan sebagainya. Yang terakhir adalah bagian konten, biasanya di bagian konten akan diberikan satu per satu komentar tentang liputan yang digarap mulai dari kelengkapan, komposisi, angle pengambilan, dan kualitas gambar, lalu VO dari liputan tersebut apakah sudah sesuai atau belum, kehalusan dan kerapian editingnya, dan juga yang inti adalah ide dari liputan tersebut. Jika sudah bagus dan tidak ada komentar, biasanya akan di-skip. Catatan evaluasi ini nantinya akan dicek oleh produser, baru setelah itu dikirim ke pihak-pihak yang bersangkutan.
Selain menjadi PA, pada 20 September kemarin saya dan beberapa rekan magang juga belajar VO dengan mas Noviar Jamaal atau mas Pipin. Meski sebenarnya saya sudah cukup terbiasa VO, baik di SUKATV maupun di radio, namun ada beberapa hal baru yang saya dapat dari perkataan mas Pipin. Yang saya ingat adalah mas Pipin saat itu mengatakan, “Ketika kita terbiasa menjadi dubber, maka kita akan dapat lebih mudah membuat naskah.”, dan juga kata-kata yang menegaskan bahwa VO itu bukan hanya sekadar membaca, namun bercerita. Bagaimana agar kita bisa bercerita pada pemirsa dan menyentuh hati pemirsa dengan VO kita atas liputan yang ada. Karena menyampaikan informasi berbeda dengan bercerita. Menyampaikan informasi menghasilkan suasana serius, sementara bercerita akan menghasilkan suasana yang akrab dengan penonton.

Jakarta, 20 September 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar