27 Januari 2017

Yang Tak Akan Terulang

Pada dasarnya, aku bukan tipe orang yang mudah menyesali apa yang sudah aku lakukan. Setiap hal yang terjadi, aku hampir selalu mencoba untuk mengambil hikmahnya. Termasuk hal negatif sekalipun. Misalkan, aku masuk sekolah non-favorit, apa aku menyesal? Tidak. Aku mencoba berpikir positif, setiap sekolah itu bagus. Kalau ada yang bilang, “Loh, bukannya dulu kamu dari sekolah favorit? Kok sekarang di sini?” Yaaa, it’s ok. Buktikan saja kalau kamu bisa berbuat lebih dari apa yang dia bayangkan. Kamu bisa merancangnya sekarang, dan membuktikannya di masa depan.



Dan ketika aku membuat kesalahan fatal, biasanya aku tidak berani untuk benar-benar “berjanji” pada Sang Khaliq. Karena aku manusia, aku yakin dapat melakukannya lagi sewaktu-waktu di masa depan, mungkin kesalahan kecil, mungkin juga kesalahan besar. Tapi untuk meminimalisir kesalahan yang terulang, aku biasanya hanya bisa berusaha. Hanya berjanji pada diri sendiri, tidak pada Tuhan.

Contohnya? Ketika aku beli makan di sebuah warung makan prasmanan—yang kukira murah—ternyata harganya berapa? Nasi dikit, pakai satu jenis sayur, satu tempe goreng, berapa harganya? Delapan ribu rupiah! Saat itu juga, aku berjanji tidak akan datang ke tempat itu lagi. Secara ya, harga rata-rata tempe plus sayur di lingkungan Kampung Inggris paling cuma lima ribuan. Lah itu, delapan ribu? Mahal amat, bray! Atau, ketika aku sekeluarga makan bersama di sebuah warung makan yang bikin kami penasaran—karena selalu ramai dan padat pengunjung setiap malam, bahkan saat hujan sekalipun, sampai kami bersuudzon, “Jangan-jangan pakai pelet?”. Saat itu kami memesan rica-rica ayam, fuyung hay (maaf kalau salah tulis), nasi goreng, dan beberapa minuman. Kau tahu berapa harganya? Lebih dari 100 ribu, Mas Bro! Padahal sebelumnya kami sekeluarga main tebak-tebakan kira-kira berapa harga totalnya, kami hanya menebak antara 50-80 ribu. Dan ternyata, perkiraan jauh melesat. Maka sejak itulah, kami sekeluarga bertekad untuk tidak ke sana lagi.

Ya, kira-kira seperti itu, pengalaman yang aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Cukup memuaskan, kan? Semoga kau puas. :D

Pare, Kediri, 27 Januari 2017.
Ditulis dalam rangka Kampus Fiksi Writing Challenge #10DaysKF.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar