16 Mei 2016

Titiwangsa Malaysia Menyimpan Kenangan

Perjalanan hari ke 3 di Kuala Lumpur jadi perjalanan tak terlupakan. Pasalnya, hari itu kami bertiga untuk pertama kalinya berkeliling sendirian. Kalau hari kedua kami ditemani Mbak Shofi, namun hari itu kami sendiri. Awalnya bingung karena nggak tahu harus jalan lewat mana. Dari apartemen Mbak Shofi ke TBS (Terminal Bersepadu Selatan) bisa ditempuh jalan kaki 15 menit, tapi bukan melalui jalan raya yang lurus2 aja, melainkan harus melalui jalan pintas yang cukup rumit (Mbak Shofi aja sampe bingung mau jelasin rutenya gimana). Tapi bermodalkan nekat dan yakin, kami akhirnya jalan saja. Toh nanti kalau nggak tau jalan tinggal tanya orang. Daripada naik teksi yang menghabiskan 5 RM (eman2 to yaa), mending jalan kaki, hitung-hitung sambil lihat keadaan sekitar, hehe. Perjalanan lumayan panas, tapi kami bertiga menikmatinya. Keakraban ternyata lebih terasa ketika kami jalan kaki. Terlebih tidak ada yang menemani, hehe, jadi merasa lebih bebas bercanda apapun.

Perjalanan menuju TBS ^_^

Kebiasaan bocah satu ini, kalau jalan suka ninggal kita gitu aja -_-

6 Mei 2016

Pelancongan Pertama : Batu Caves

Hari kedua di Malaysia, kita ke Batu Caves. Itu adalah gua besar yang dianggap suci oleh umat Hindu. Nggak heran kalau di sana banyak orang India. By the way, masyarakat di Malaysia memang terdiri dari 3 etnis, yaitu Melayu—masyarakat asli Malaysia—China, dan India. Jadi jangan heran kalau di sana banyak ditemui orang-orang dengan 3 etnis itu tadi.

Sebelum bepergian, kita jalan-jalan pagi dulu sama si comel Selvi (anak Mbak Shofi). Selvi baru kelas 6 SD, tapi pemikirannya udah pinter banget, kayak orang dewasa.


3 Mei 2016

Kunci Melancong : Jangan Malu Bertanya!

Sabtu 23 April 2016.
Hari pertama, keberangkatan ke KL naik pesawat Air Asia. This is my first time to fly with plane. Rasanya kayak naik kora-kora, haha. Cuma goyangannya agak alus aja. Tapi karena nggak biasa, cukup pusing juga naik pesawat selama 2 jam. Awalnya pas naik excited banget, serasa terbang di angkasa dan menembus cakrawala *halah lebay. Bisa ngeliat semua ciptaan Allah dari atas. Tapi lama-kelamaan jadi pusing dan mual, untung nggak sampe muntah *maafkan kekatrokan saya.

Setelah dua jam terbang di udara, pesawat perlahan mulai turun. Aku pun mulai melihat pemandangan dataran hijau yang luaaas banget dan rapi. Sempat aku bilang ke Sari di kursi belakang, “Sar, rumput tetangga ternyata memang lebih hijau, ya?” Tapi ternyata setelah aku tahu dari Mbak Shofi, itu adalah perkebunan sawit. Di Malaysia memang terkenal dengan perkebunan sawitnya. Pantesan kelihatan hijau semua dan berderet rapi.

2 Mei 2016

Penginapan Terlarang di Bandara Solo

Pra hari pertama jatuh pada Jumat, 22 April 2016. Selesai salat Jumat kita langsung cus stasiun Lempuyangan. Naik prameks, yang murah, 8 ribu rupiah ajah :D Rencana kita nanti turun stasiun Purwosari, Solo. Setelah itu naik BST (Batik Solo Trans). Semua itu sudah kita rancang dan persiapkan jauh-jauh hari. Sebenarnya jadwal take off (pemberangkatan) pesawat kita hari Sabtu, 23 April 2016 jam 9 pagi. Tapi karena pemberangkatan Internasional, jadi harus stand by 3 jam sebelum pemberangkatan. Otomatis harus stand by di Solo dari jam 6 pagi, kan? Daripada kemrungsung, akhirnya kita putuskan berangkat hari Jumat saja. Sebenarnya bisa aja berangkat hari Sabtu jam 4 pagi gitu, tapi syaratnya harus naik motor. Sedangkan menurut yang kita browsing, kalau mau titip motor di bandara Adi Soemarmo tarifnya 20 ribu/malam. Ya eman2 banget to ya? Bayangin kalau nginep 5 hari, tarifnya jadi 100 ribu. Ya mending naik prameks aja, kan?

Pelancongan ke Malaysia

Aku di Kuala Lumpur selama 6 hari. Eits, sebelumnya biar kuperjelas. Aku ke sana bukan sekadar berlibur. Mungkin banyak orang yang mengira, “Gile, kaya banget ni orang liburan ke luar negeri!” atau “Widih, keren liburannya ke luar negeri.”

Pertama, saya tegaskan. Ini bukan hal yang keren atau karena saya punya duit banyak sehingga liburan ke luar negeri. Setiap orang pun bisa, asal punya niat. Masalah uang? Bro, tiket gue cuma 700 ribu pulang pergi. Murah banget, kan? Tiket pesawat ke Sumatera atau Sulawesi aja bisa jadi lebih dari itu. Makanya gue bilang, lo pun bisa ke sana, asal punya niat dan usaha. Yaa, usaha ngumpulin duit lah, menyisihkan separuh dari gaji tiap bulan, kan lumayan. Lagipula, daripada liburan, aku di sana lebih tepat disebut “menggelandang”, bahasa kerennya “melancong” atau backpacker-an. Bukan liburan yang tinggal di hotel mewah dan pulang-pulang bawa oleh-oleh melimpah. You know? Menggelandang itu lebih mengarah ke “penggembelan”.