“Seandainya ada mesin waktu dan bisa kembali ke masa lalu,
kesalahan apa yang paling ingin kamu perbaiki?”
Ini adalah pertanyaan Writing Challenge dari kak Ika Vihara
hari kedua. Sebenarnya kalau ditanya soal kesalahan dan penyesalan, aku hampir
selalu kesulitan menjawabnya. Karena bagiku tidak ada yang perlu disesali.
Lebih baik mensyukuri daripada menyesali. Tapi misal aku diberi kesempatan
mencoba lorong waktu layaknya Ana dan Pedro, atau Hermione dan Harry Potter,
aku akan memutar waktu ke satu atau dua tahun lalu. Di mana aku masih
imut-imutnya jadi anak kuliahan, dan yang pasti : masih berstatus mahasiswa.
Aku akui, status mahasiswa sebenarnya jadi status yang hebat.
Jadi kamu yang masih mahasiswa, SYUKURILAH! Tapi kalau status mahasiswamu udah
kelamaan, JANGAN TERBUAI DALAM RASA SYUKUR! Kenapa aku sebut mahasiswa itu
hebat? Karena kita bisa melakukan banyak hal dengan status ini, salah satunya...
exchange ke luar negeri. Oke, mungkin
tidak semua orang berpikiran tentang ini. Tapi, ini adalah pemikiranku. Jadi,
mohon hargailah *paan si. Emm, akan aku jelaskan.
Setahuku, dari penjelasan beberapa teman, kalau kita sudah bukan
mahasiswa, kita tidak bisa exchange
atau melakukan program pertukaran pelajar semacam itu. Kenapa aku
menginginkannya? Karena... em... sebenarnya aku belum ingin mengatakan tentang
ini, jadi intinya, aku merasa portofolioku untuk “suatu hal” masih kurang.
Pengalamanku, terutama di ranah internasional, masih kurang. Bahasa Inggrisku
pun masih pas-pasan. Jadi, untuk melanjutkan “anganku”, aku rasa aku mengalami
kesulitan dalam hal ini. Sehingga, yang aku pikirkan akhir-akhir ini adalah, “Andai
saja... aku masih kuliah. Akan kucari informasi sebanyak-banyaknya tentang
pertukaran pelajar atau apapun yang bisa mengasah kemampuan bahasa asingku dan
juga menambah pengalamanku di kancah internasional.”
Ya, itu dia. Tapi... nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur rasanya
enak, sebaiknya dimakan, daripada mubadzir. *paan si. Yaa sebenarnya kalau
suruh nyebutin kesalahan, pasti banyak kesalahan yang pernah kita lakukan, pada
orang tua, pada teman, bahkan yang pernah membuat orang lain sakit hati atau menangis.
Tapi, karena itu aib, saya tidak tega menceritakannya dengan detail di sini,
hehe. (takut saya jadi contoh yang tidak baik *tsaaah). Oh ya, aku pernah
membuat kesalahan. Beli nasi tempe di warung depan kos dengan harga 8 ribu!
O-EM-JI! Andai aku punya mesin waktu, aku tidak akan pergi ke warung itu. Aku
akan pindah ke warung langgananku yang meski jauh tapi nasi tempenya cuma 3
ribu.
Baiklah, itu saja. Semoga kamu, yang membaca tulisan geje
ini, bisa mengambil hikmah yang tersirat maupun tersurit. Yang mempunyai
cita-cita tinggi, yang masih punya waktu longgar—selonggar sajadahnya aladin—manfaatkan
waktu sebaik-baiknya. Selagi masih ada kesempatan, entah kesempatan apapun itu,
jangan jadikan ia berlalu sebelum terjamah oleh tanganmu.
Pare, Kediri, 4 Maret 2017.
Eki Paradisi
(Ditulis dalam rangka Writing Challenge Ika Vihara bersama
Kampus Fiksi #KF3DAYS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar