“Aku yang jadi ranger merah ya! Kamu ranger apa?” ucapku.“Aku ranger kuning.”“Oke. Kita mulai ya. Ceritanya aku masih tidur di rumah,” akhirku sambil menutup pintu kemudian berpura-pura tidur.
Begitulah, percakapan yang sebenarnya terjadi dalam bahasa
Jawa belasan tahun lalu. Aku cewek. Iya, aku tahu aku cewek. Dia juga cewek.
Entah hal aneh bukan kalau kami bermain peran jadi power ranger gitu.
Sepertinya aku harus berterima kasih pada Indosiar, RCTI, dan stasiun TV
lainnya yang rutin menyiarkan kartun anak-anak tiap Minggu pagi, sehingga
berhasil melatihku bermain peran dan drama sejak kecil. Ya, tentu saja, bersama
teman masa kecilku.
Aku juga yakin kamu punya teman masa kecil. Meski entah
sampai sekarang kalian masih bersama atau tidak. Karena ada beberapa orang yang
memang mempunya teman masa kecil yang awet sampai dewasa layaknya Rachel dan
Farel di “My Heart”. Tapi temanku ini, well,
aku kehilangan kontaknya selama bertahun-tahun. Dia tinggal di Bogor, sementara
aku di Jogja. Dan jaman dulu emang belum ada handphone, kan? Jadi yaa, aku sama
sekali nggak bisa hubungi dia. Tapi, tepat 28 Februari 2017 kemarin, aku
menemui sebuah inbox di facebook. Seorang perempuan mengirimiku pesan pribadi.
Isinya, “Sudah lupakah anda dgn saya? Hingga permintaan pertemanan pun selalu
diabaikan.”
Awalnya aku bingung, tidak merasa kenal dengan perempuan
itu. Pun tidak merasa menolak permintaan pertemanan. Tapi begitu melihat nama
depannya, dan aku perhatikan wajahnya, seketika aku terbelalak senang. Terkejut
menyadari dia adalah teman lamaku. Tetangga yang setiap hari bermain denganku.
Dulu. Teman yang mempunya huruf depan sama denganku. Jadi, aku punya satu geng,
beranggotakan 3 orang. Itu karena nama kita berawalan huruf “E” dan memiliki tiga
digit. Eki, Ev*, dan Ek*.
Permainan favorit kami bertiga adalah bermain peran.
Terkadang menjadi power ranger, terkadang menjadi peri—karena waktu itu booming
banget sinetron “Bidadari” yang dibintangi Marsyanda—dan weird permainan lainnya. Ya, begitulah. Masa kecil menyenangkan layaknya
anak kecil lain. Tertawa, marahan, baikan. Segala barang pun bisa
diimajinasikan layaknya benda lain. Tempat pensil jadi handphone, batang kayu
jadi tongkat peri, kardus bekas bisa jadi sayap, lubang di tangga jadi lorong
waktu, boneka jadi bayi, dan sebagainya.
Kini, kami sudah berumur. *wedeew, kayak udah jenggotan aja.
Sudah waktunya... mempunyai pasangan masing-masing. Baiklah, di antara kami
bertiga, SUDAH JELAS, aku sendiri yang belum punya anak. Boro-boro nimang anak,
nikah aja belom. Oke, ini bisa dipahami. Kedua teman masa kecilku menghabiskan
pendidikan mereka hingga jenjang SMA. Hingga tidak ada alasan lagi—mungkin—untuk
mereka menolak lamaran orang. Sementara aku—berhubung masih kuliah, tapi
sekarang udah enggak ding—punya alasan tertentu untuk menunda lamaran orang
*alamaak kayak udah banyak aja yang ngelamar.
Tapi yang jelas, untuk kalian berdua, teman lamaku... Ev*
dan Ek*. Aku tahu kehidupan kita sudah berbeda. Sudah tidak semanis dulu lagi.
Hah, mana bisa kita bermain drama dan pura-pura nangis lagi? Yang ada mah
nangis beneran sekarang. Kalau dulu hanya nimang boneka, sekarang nimang anak manusia.
Terlebih hidup kalian, pasti lebih kompleks, ya, dengan tetek bengek rumah tangga?
Aku memang tidak merasakan bagaimana menjalani rumah tangga
di bawah usia 20 tahun, tapi aku mengerti. Pasti berat ya, untuk mengontrol ego
kita dengan pasangan? Tapi, hey, segala sesuatu bisa dibicarakan dengan baik.
Komunikasi yang baik menurutku bisa jadi hal penting saat kita ada masalah dengan
pasangan. Ya, itu setahuku. Bicara baik-baik, dengan kepala dingin, dengan kata-kata
yang halus, dan diskusikan apa yang terbaik untuk rumah tangga ke depan. Dan,
jika masih susah juga. Pasrahkan pada-Nya. Minta pada-Nya untuk memberi
kemudahan. Dekatkan diri pada-Nya. Barangkali Allah memberi ujian karena ingin
mengingatkan supaya kita mendekat pada-Nya?
So, keep smile kawan-kawan kecilku...
Tak ada teman cerita? Kalian masih punya aku :)
Pare, Kediri, 2 Maret 2017.
Eki Paradisi
(Ditulis dalam rangka Writing Challenge Ika Vihara bersama
Kampus Fiksi #KF3DAYS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar