6 Februari 2017

NET. CJ CAMP 3.0, Mimpi Tiga Hari

 

Tiga hari bersama mereka adalah mimpi. Ya, mimpi tidur yang hanya sesaat dan akan lenyap ketika terbangun. Begitulah, sekarang aku sudah membuka mata dari tidur lelap, dan tak kutemui kehadiran mereka di sini. Hanya tiga hari. Aku belum mendengar cerita dari Faqih bagaimana perjuangan dia hingga bisa menjadi Rising Star NET CJ 2016. Bagaimana sosok pendiam nan kalem itu bisa produktif menghasilkan lebih dari 100 video dalam kurun waktu 6 bulan? Mungkin tidak begitu heran kalau om Roedy Hartono (*eh, pakai “Rudi” ding, takut diprotes Mbak Ema kalau tulisannya “Roedy”) yang mengirim ratusan video itu, karena beliau sudah menjadi “Raja CJ” tahun 2015. Tapi kalau Faqih? Dia termasuk pendatang baru loh di dunia CJ, tapi karirnya benar-benar langsung melejit! Masih mahasiswa pula. Aku aja yang udah 3 tahun jadi CJ masih gitu-gitu doang. Pengen rasanya share banyak hal sama dia. Apa yang memotivasinya? Bagaimana dia bisa begitu agresif soal liputan? Sangat berbanding terbalik dengan penampilannya yang kalem. Tapi... yaa, apa daya kesempatan belum berkenan datang.


Belum juga punya kesempatan berbincang dengan Pak Is Ariyanto. Sosok yang bisa aku lihat ketulusannya meski baru pertama kali bertemu. Ketulusan dan kesabaran yang tersembunyi di balik banyolan-banyolan konyolnya. Meski pengen, tapi aku yakin, jika aku bertanya padanya tentang CJ dan segala pernak-pernik yang mewarnai kehidupan CJ-nya, pasti tidak akan dijawab serius. Yaa, begitulah Pak Is. Aku belum tahu juga apa yang memotivasi beliau hingga bisa merangkul banyak CJ di Solo, apa saja yang beliau korbankan dan apa saja yang beliau perjuangkan? Ingin rasanya wawancara eksklusif layaknya Najwa Shihab yang mewawancara Habibie, haha *lebay. Meski belum dikasih kesempatan ngobrol sama Pak Is, beruntungnya aku masih bisa menyimak cerita Mbak Arni Simanjuntak pada malam pertama di penginapan. Dan yang penting, Mbak Arni bisa aku tanyai dengan serius.

Beliau yang sudah travelling ke puluhan negara ini (eh, nggak tahu belasan atau puluhan, yak?) dengan penuh semangat sudi membagikan ilmu dan berbagai pengalamannya. Beliau ini, salah satu orang yang menginspirasiku untuk berani mencoba liputan ke luar negeri. Mbak Arni aja bisa, kenapa aku enggak? *aseeek. Beruntunglah, setidaknya di Bogor kemarin aku bisa berbincang panjang lebar dengan Mbak Arni tentang petualangannya di negeri orang yang selalu bisa balik modal, alhamdulillah banget yaak? Tips dari Mbak Arni yang paling mengena adalah : kalau mau dapat liputan di luar negeri itu, sebisa mungkin jalan kaki. Oke. Aku mikir sejenak. Melempar ingatan pada pengalaman saat liputan di Kuala Lumpur. Saat itu, emang sih, aku sama dua orang temanku lebih banyak pakai kereta dan bus daripada jalan kaki. Alhasil, liputan hanya di tempat-tempat wisata saja. Baiklah, lain kali mungkin tips ini bisa dicoba. Terakhir, yang bikin salut sama mereka itu (Mbak Arni dan Mbak Rian—partnernya), ketika mereka ditanya tentang pekerjaan tetap, mereka selalu menjawab, “Jadi CJ.”. Saat itu juga aku cuma bisa bilang, “WAW!”

Inti penting dari NET CJ Camp 3.0 di Hulu Cai Camp 3-5 Februari kemarin bagiku adalah pertemuan. Ya, pertemuan dengan wajah para pemilik nomor-nomor WA yang tersimpan di grup NET CJ. Pertemuan dengan mereka yang namanya selalu tercantum menjadi title berita NET 10. Pertemuan dengan mereka yang wajahnya hanya bisa terlihat melalui PTC atau VLOG yang mereka kirimkan. Pertemuan dengan orang-orang hebat yang aku harap bisa mendengar banyak cerita tentang mereka. Apakah mereka mengalami hal sama denganku saat liputan? Kisah apa saja yang belum pernah aku rasakan saat mencari berita? Apa yang membuat mereka bertahan dan mampu menyingkirkan rasa malas untuk berangkat liputan? Atau... kisah sedih dan pengorbanan apa saja yang pernah mereka alami? Aku ingin bertanya semua itu, terutama pada mereka yang begitu produktif mengirim berita.

Wajar jika Mas Mulyadi Abdillah sebagai “CJ Of The Year”, atau Mbah Dhet (Mas Dedy Setyawan) sebagai pemenang video digital, atau Mas Nedi Panjaitan sebagai pemenang video terbaik, atau Pak Is Ariyanto sebagai CJ yang menginspirasi, mereka itulah para CJ aktif. Yang mungkin seperti jawaban Mbak Arni, pekerjaan mereka saat ini adalah jadi CJ. Pure CJ. Tidak seperti aku yang jadi CJ hanya kalau pas selo. Dedikasi mereka memang untuk NET CJ, pantas lah mereka mendapat penghargaan itu. Aku? Tahu diri lah, sama sekali nggak berharap nama disebut waktu awarding. Heloo, siapa elu, Kik? Berharapnya sih dapat doorprize HP—karena gue gak punya HP waktu itu—eh, ternyata emang nasib, belum rejeki. Ya sudahlah. Yang penting rejeki NET CJ kemarin ditujukan untuk orang-orang yang memang pantas menerima. Sebanding dengan usaha dan perjuangan mereka.

Meskipun belum bisa bertukar cerita dengan semua CJ, satu hal yang masih membuatku bersyukur adalah bisa kembali dipertemukan dengan adik-adikku di Jogja yang sudah beberapa bulan tak kujumpai *halah. Sedikit bangga, karena enam di antara tujuh orang Jogja yang terseleksi di NET CJ Camp 3.0 adalah anak UIN, dan lima di antaranya adalah anak SUKATV, program UIN Today (meski ada yang udah pindah program). Jadilah, ajang reunian anak UIN Jogja (wabil khusus anak SUKATV) di NET CJ Camp 3.0.

 

Satu bonus menyenangkan yang aku dapatkan dari NET CJ Camp kemarin adalah makanan mewah *aseek. Yaa, jangan heran anak kampung seperti saya (begitu Reja Dalimunte menyebutnya) heran dengan makanan prasmanan yang penuh lauk dan sayur bergizi. Kalau orang kaya mungkin terbiasa memilih makanan yang ia suka saja, lah kalau saya yang notabenenya orang desa? Ya ambil semua lah! Kapan lagi, kan? Haha. Maklum, kehidupan sehari-hari saya hanya makan nasi tempe. Namanya juga ANAK KAMPUNG (puas lu, Ja, Reja?).

Kesan lain yang tak akan pernah hilang adalah performance dari anak-anak CJ pada saat malam awarding. Gila abis!!! Mbak Arni beserta grup yang begitu kece koreografinya (aku yakin, ini gak terlepas dari peran duo alay : Linda dan Reja), atau grup Mbak Etri yang konyol dengan lagu ST 12 dan atraksi gebuk-gebukan antar pria jadi-jadian, atau grup Hanafi yang—yaah, aku sudah tidak heran melihat tingkah hiperbolisnya. Sudah terlalu biasa di mataku. Kesan yang lain adalah pertemuan dengan Pak Wishnutama untuk kedua kalinya. Baiklah, aku harap beliau rajin makan ikan laut sehingga bisa ingat namaku dengan jelas saat aku bertanya, haha *penting banget. Dan terakhir, yang paling utama, aku bisa bertemu dengan wajah-wajah baru. Bisma, Nadifah, Faya, Lela, Wahyu, Faiz, Mas Eksani, Mas Aji (eh, ini mah wajah lama), dan semuanya. Semua anak CJ, you’re so impression! Kalian inspirasiku. Tetap jaga kekompakan, gais.

Tiga hari memang tak cukup untuk mengencangkan sebuah tali. Tapi tali itu akan erat dengan sendirinya, selama sapaan dan percakapan masih terjaga. See u next...


Tangerang, 7 Februari 2016.
Eki Arum Khasanah (Eki Paradisi).

19 komentar:

  1. Aku jg masih pengin ngobrol banyak ke eki ttg pare. Wkwkwkw sampai jumpa bln Mei ki, smoga dpt tiket ultah NET lg. Hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, langsung dateng aja ke pare mas aji.. btw insyaallah aku dpt tiket kok, udah dibooking :D

      Hapus
  2. Waw semangattt terus eki
    Go eki go eki go

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaa mbak El, aku hrs bisa sepertimu, jadi kontributor luar negeri, hahaha

      Hapus
  3. kece abis...salam kangen ki...semoga bisa ketemu lg..

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. Semangat Eki, semoga next 4.0 bisa ketemu

    BalasHapus
  6. Eki ga mau cerita2 ama ku, Krn dekat ama ulat bulu (Nedi Panjaitan)

    BalasHapus
  7. Eki ga mau cerita2 ama ku, Krn dekat ama ulat bulu (Nedi Panjaitan)

    BalasHapus
  8. Aku koq jadi pengen nangis yah baca ini.. wkwkwkwkwwkwkwkwkw

    BalasHapus
  9. Keren pisan euyyyy... Top markotop.... Aku tayang kamuuuuu 😍😍

    www.arnieyovalent.weebly.com

    BalasHapus
  10. Sangat menyentuh...!! Sayang kuta baru berkesempatan untuk berkenalan saat camp sudah tuntas. Gara2 om ulat bulu tuh... Eki nya di tempel ketat teyus... Haha...

    BalasHapus