27 Juli 2016

Penipuan Berkedok Beasiswa Terhadap Mahasiswa UIN



Ini kisah penipuan yg terjadi pada saya, tepat pada Sabtu malam. Kronologinya begini, tanggal 16 Juli 2016 pukul 20.38 saya mendapat SMS dari sebuah nomor tdk dikenal.

“Ass. Malam, ini Bapak Dr. Waryono, M. Ag (WR III UIN SUKA) dgn adanya surat Kemenag-REKTOR No. 2 PT MDR/2/16 Hal dgn beasiswa THP 2 B.MANDIRI Rp 4jt. Ditujukan kepada Yth : Eki Arum Khasanah, penerima dana beasiswa Bank Mandiri Tahap 2 usul rektor 2016. Harap segera di hub ke Bag Kemenag RI Prof. H. Handoko (085288963818). Hrp laporkan kode registrasi ini (09898747) supaya dananya dicairkan. Maaf, bpk cuma bisa sms krn ada acara. Surat sertifikat beasiswa kemenag bisa ambil hari Senin di ruangan saya.Hubungi sekarang bagian keuangan, krn sdh ditunggu. Tks.”

Karena saking senangnya saya langsung bersyukur. Meski sempat bertanya dalam hati, memang ada beasiswa bank Mandiri tahap 2? Oh mungkin ada, dilihat dari laporan IP yg pernah saya serahkan pasca saya mendapat beasiswa 2013 lalu, pikir saya saat itu. Barangkali saya dianggap bisa mempertahankan IP dengan cukup baik sehingga diberi beasiswa tahap 2.
Tidak berpikir panjang, akhirnya saya pun SMS nomor Prof. Handoko dan menyampaikan kode registrasi yg sudah diberikan bapak Waryono (WR III palsu) tadi. Saya memang sudah kenal bapak Waryono karena beliau dulu dekan fakultas saya dan saya juga pernah mengobrol langsung dengan beliau.
Setelah itu saya SMS pak Waryono (palsu), bahwa saya sudah menghubungi Prof. Handoko. Kemudian pak Waryono mengirimi SMS pada saya,

“Bpk minta, spy proses registrasi bisa via tlp ke Prof. Handoko skrg, agar proses pencairan dananya malam ini bisa dikelarkan. Hubungi skrg krn sdh ditunggu itu. Tks.”

Saya akhirnya menghubungi Prof. Handoko via telefon. Awalnya Handoko pura-pura tidak tahu nomor saya, ia bertanya ini siapa? Akhirnya saya jelaskan bahwa saya Eki mahasiswa UIN yang mendapat arahan dari Bapak Waryono untuk menghubungi prof Handoko karena saya menerima beasiswa tahap 2. Lalu prof Handoko memastikan nama lengkap saya. Dia pun bisa menyebutkan alamat lengkap rumah saya, dan tempat tanggal lahir saya. Saya pun semakin percaya bahwa ini benar-benar pihak kampus, karena mengetahui data-data saya secara lengkap.
Kemudian prof Handoko menjelaskan secara rinci bahwa beasiswa tahap ini bukan sistem transfer, melainkan sistem pencairan online. Sehingga harus diselesaikan dengan mencairkan sendiri ke atm. Akhirnya saya pun disuruh untuk ke atm terdekat. Begitu sampai di atm, saya dituntun untuk melakukan pencairan online sesuai instruksi yang diberikan prof Handoko. Ia menyuruh saya menggunakan menu bahasa Inggris karena pencairan online hanya bisa dilakukan menggunakan menu bahasa Inggris saja. Selanjunya ia memberi instruksi hingga akhirnya saya disuruh menekan kode pencairannya. Prof Handoko berkali-kali mewanti-wanti saya untuk berhati-hati saat memasukkan kode pencairan, jangan sampai salah. Karena jika salah sedikit saja maka pencairannya akan gagal. Saat itu saya benar-benar dalam keadaan panik. Karena di pikiran saya, saya sedang berhadapan dengan profesor dan harus benar-benar jeli dalam melakukan sesuatu, jangan sampai salah sedikit pun dari yang ia instruksikan. Selesai memasukkan kode pencairan, prof Handoko memberikan arahan untuk memencet tombol-tombol tertentu yang saya tidak mengerti maksudnya apa. Saya hanya menurut saja, dan hingga akhirnya keluar struk transaksi. Kemudian prof Handoko menyuruh saya untuk merobek kertas struk itu dengan alasan jangan sampai struk itu diketahui orang lain dan disalahgunakan. Karena saya seperti orang bingung dan hanya bengong, prof Handoko langsung menanyai saya, “Sudah kamu robek belum nak kertasnya?”. Intinya ia selalu menekan dan mendesak saya sehingga tidak memberikan kesempatan pada saya untuk berpikir jernih. Saya langsung sadar dari bengong dan lalu tergopoh-gopoh merobek sedikit dari kertas itu. Saya tidak merobek semuanya karena benar-benar dalam keadaan panik dan terburu-buru. Prof Handoko lalu menyuruh saya membuang kertasnya ke tempat sampah. Tapi karena menurut saya struk itu masih penting jadi saya dengan cepat memasukkannya ke dalam tas. Intinya biar struk itu tidak ada lagi di tangan saya kan ya? Jadi yang penting saya udah nggak pegang. Sekalipun struknya tidak beneran saya buang, namun saya masukkan ke dalam tas. Toh prof Handoko tidak tahu, pikir saya.
Setelah selesai transaksi, prof Handoko menjelaskan bahwa proses pencairan itu baru setengah perjalanan. Total beasiswa 4 juta. 2 juta akan cair di rekening Mandiri saya, dan 2 juta sisanya dapat cair di rekening lain. Sehingga saya harus mencari rekening lain untuk pencairan tersebut. Saya kemudian mengatakan, ada rekening BRI, namun tidak ada ATM-nya.

“Yah, kok tidak ada ATM-nya, nak? Pencairan ini harus dilakukan sistem online melalui ATM. Apa tidak ada ATM yang lain?” ucap prof Handoko.

Saya langsung berpikir, sepertinya bapak saya ada ATM, kalau tidak salah BRI. Saya langsung mengutarakan pikiran saya pada prof Handoko, bahwa ayah saya punya ATM. Akhirnya prof Handoko bertanya kira-kira saya bisa ketemu sama bapak berapa menit lagi? Selalu seperti itu. Profesor palsu itu selalu mendesak dengan keterbatasan waktu yang ada. “Tolong ya nak, jangan buat prof menunggu terlalu lama. Kira-kira berapa menit nak untuk sampai rumah untuk ambil ATM?” seperti itulah taktik dan gaya bicara profesor palsu itu. Sehingga menuntut saya berpikir cepat dan terburu-buru.
Cepat saya pun melajukan motor ke rumah. Saya langsung telfon bapak saya yang sedang ada di luar. Akhirnya bapak pulang. Saya pun menceritakan semua kronologinya dengan tergesa-gesa, sambil meminta bapak untuk menemani saya ke ATM. Bapak bersedia dan akhirnya kami melaju menuju ATM BPD, karena ternyata ATM bapak saya BPD. Dalam perjalanan menaiki motor, bapak sempat ragu dan curiga kalau itu beasiswa betulan. Namun saya berusaha meyakinkan, karena profesor itu tahu semua data-data saya, berarti beasiswa itu pasti benar.
Sesampai di ATM, bapak sempat menanyai saya, “Arep takon satpam sikek ora? (Mau tanya satpam dulu tidak?)”. Karena saya juga ikut ragu melihat keraguan bapak, akhirnya kami bertanya kepada satpam yang berjaga di ATM Piyungan malam itu. Saya menanyakan apakah ada beasiswa dengan sistem pencairan online menggunakan kode pencairan? Satpam pun menjelaskan bahwa tidak ada sistem pencairan semacam itu. Mendengar penuturan satpam, saya jadi semakin ragu. Satpam itu kemudian memberi saran pada saya untuk menanyakan ke pihak kampus atau Bank Mandiri dulu. Tapi untuk bertanya ke pihak kampus dan bank, berarti harus menunggu hari Senin. Itu berarti dua hari lagi. Sementara maksimal pencairannya harus malam ini. Namun karena saya sudah mulai ragu, akhirnya saya berniat mengecek saldo saya dulu. Barangkali itu memang bukan beasiswa, namun justru penipuan. Begitu saya cek saldo saya di ATM itu, ternyata tinggal 100 ribu, padahal sebelumnya 900 ribu. Saat itu saya mulai sadar, bahwa saya benar-benar telah ditipu. Penipuan berkedok beasiswa. Semua taktik yang digunakan untuk mengelabuhi benar-benar meyakinkan. Mulai dari cara SMS dan bentuk SMS-nya, mengetahui data-data dengan lengkap, dan berbicara layaknya pejabat tinggi.

Setelah saya posting kisah penipuan ini di akun sosmed, ternyata ada teman yang mengatakan bahwa penipuan itu sudah pernah terjadi beberapa tahun lalu. Meski begitu, ternyata ada pula penipuan yang baru terjadi akhir-akhir ini. Berikut informasi penipuan yang berhasil saya himpun dari beberapa teman di UIN.

Penipuan pertama, terjadi pada Iis Eka Wulandari, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, pada 19 Juni 2016. Penipuan berkedok beasiswa lulusan MA-PTAIN Kemenag. Untungnya korban tidak berhasil ditipu.

Penipuan kedua, terjadi pada Muhammad Ghiffari, mahasiswa Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 16.30. Penipuan berkedok dana akomodasi undangan rakornas bagi peserta diskusi MPR GOES TO CAMPUS. Mahasiswa tersebut bahkan sampai kehilangan 41juta rupiah. (cerita ini saya ketahui dari blognya : https://eghiffari.wordpress.com/2016/06/27/penipuan-mengatasnamakan-pejabat-kampus-uin-sunan-kalijaga/  )

Korban selanjutnya adalah saya, Eki Arum Khasanah, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, pada Sabtu 16 Juli 2016 pukul 20.38 WIB, dengan diawali sebuah SMS yang mengatasnamakan Bapak Waryono, WR III UIN Sunan Kalijaga. Penipuan berkedok beasiswa Bank Mandiri tahap 2.

Penipuan masih berlanjut pada korban bernama Muhamad Syaqim Mahfudz, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, pada 26 Juli 2016, pukul. Penipuan berkedok beasiswa DK MPR-Kompilasi untuk peserta diskusi MPR GOES TO CAMPUS. Mahasiswa sudah sempat telfon ke orang yang mengaku profesor Handoko juga, tapi untungnya penipuan gagal.

 

Ini gambar struk yang sempat saya robek sedikit. Penipunya adalah orang yang menggunakan Bank BRI atas nama Yudi Kurniawan dengan nomor rekening 036201028220509. Nomor rekening tersebut sama persis dengan nomor rekening yang sudah menipu Muhamad Ghiffari hingga kehilangan 41 juta rupiah. Kemungkinan penipuan semacam ini masih dan akan terus berlanjut. Karena saya rasa penipu sudah memiliki data-data anak UIN Sunan Kalijaga secara lengkap, termasuk nomor yang bisa dihubungi. Sehingga mohon dengan sangat informasi ini disebarkan, agar seluruh mahasiswa UIN mengetahui penipuan semacam ini, sehingga tidak ada korban selanjutnya.

6 komentar:

  1. ki coba kamu lapor polisi sama lapor UIN juga, kalo aku boleh menduga kemungkinan pelaku kalo gak orang dalem yang menyalahgunakan data ya orang luar yang berhasil menjebol pertahanan pangkalan data. Seharusnya data seperti itu harus diprotect sedemikian rupa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf mas. ini tidak mumgkin orang dalam. karena penipuan ini tidak terjadi di UIN saja. coba silahkan search di google dengan pencarian penipuan Prof. H. Handoko, nanti banyak sekali penipuan atas nama bpk ini. mungkin lebih waspada aja. Setau saya, kalau rekening kita mendapat trasferan, yaudah kita tinggal cek aja. gak suruh mencet2. karena kita sudah seperti dihipnotis makanya ngikutin semua yang penelpon suruh.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. kalo saya pernah dari pihak yang mengatasnamakan XL. awalnya ada pulsa masuk 500rb ke handphone jadi percaya aja. habis itu sama saya suruh cairin lewat atm. karna keburu kesenengan jadi nurut aja. pokonya sama minta beberapa atm. ahirnya uang di atm keambil 700rb. dan bulan berikutnya masih keambil ahirnya atm diblokir -_-

    BalasHapus
  4. Wah harus disebarluaskan! Saya bantu share ke teman2 ya kak

    BalasHapus
  5. tambahin mbak, klo ketahuan belum lama transfer konon katanya bisa menghubungi pihak bank, agar pihak bank memblokir transferan kita. semakin cepat setelah transfer semakin baik.
    http://www.bintangtop.com/2015/01/solusi-mengatasi-salah-transfer-uang-akibat-lalai-atau-penipuan.html
    memang akirnya melibatkan polisi seh, kemungkinan uang kita gak balik jg ada. tapi si penipu tak lagi bebas bukan klo sudah diselidiki. semoga pak polisi bisa mengungkapnya.
    pernah ketipu jg, tp bkn beasisiwa, cm sama lewat sms. baru tahu cara ini lamaaaa sekali setelah kejadian, jadi dah telat jg ko mau lapor. tambahin ke tulisan mbak ya bawahnya. biar yang baca tulisan mbak tau jg klo ada yang namanya blokir transferan.

    BalasHapus