29 Maret 2016

Pengalaman Ikut #KampusFiksi

25 Maret 2016 adalah hari yang ditunggu-tunggu sejak beberapa bulan terakhir. Pasalnya hari itu #KF16 akan berlangsung. Dan ya, kita harus menunggu berbulan-bulan (nyaris satu tahun) untuk menanti saat itu. Jadi begini, untuk mau ikut di Kampus Fiksi kamu harus mengirimkan cerpen yang nanti akan diseleksi. Penulis dari cerpen yang terpilih berhak mengikuti Kampus Fiksi, tapi harus menunggu waktu yang ditetapkan. Dulu aku ngirimnya bulan Mei 2015 kalau tidak salah. And I get schedule in Kampus Fiksi just this year, March 2016. It’s a long time to wait for it, guys! Nyaris satu tahun, kan?

Kampus Fiksi diadakan penerbit Diva Press 2 kali dalam setahun. Lalu, kapan lagi diadakan? Just pantau twitter and facebook Diva Press. Teknologi udah canggih, man! Manfaatkan. Aku dulu tahu info #KF ini juga dari twitter dan facebook.


Oke, lanjut ke cerita yaahh...
Hari pertama, 25 Maret 2016, tepatnya hari Jumat, acara dimulai habis Isya’. Dan aku telat! *sedih banget yak?

Sedikit nyesel, sih. Pasalnya sesi awal adalah sesi perkenalan. Begitu aku datang, semua mata tertuju padaku. Serasa jadi artis dadakan. Dan aku hanya bisa membalasnya dengan senyum kecut. Pada saat itu, semua sudah memperkenalkan diri. Aku jadi nggak tau nama mereka satu per satu, kan? Walaupun udah ada papan nama di meja, sih. Tapi tetep aja, satu momen perkenalan ini rasanya kok sayang banget untuk dilewati. Alhasil jadi berdampak ke hari-hari selanjutnya, deh. Aku jadi kurang mengenal mereka. Hanya orang-orang yang duduk di sekitarku aja yang aku kenal dan aku ajak ngobrol.

Oke, aku jelaskan kenapa bisa telat? Pagi itu aku liputan Jogja Air Show 2016 di Bukit Paralayang Parangtritis (liputan citizen journalist). Liputan sampe dzuhur. Sepulang dari liputan, HP temanku (partner liputanku, namanya Sari) hilang. Akhirnya kita balik lagi ke Bukit Paralayang untuk nge-cek ke sana. And if you know? Untuk pulang pergi ke sana naik sepeda motor menghabiskan waktu 2 jam. Jadi kalau kita bolak-balik ke sana 2 kali jadi 4 jam. Itu sama aja perjalanan Jogja-Semarang, kan? Dan rasanya gimana? Capek, bro! Makanya pulang liputan aku merem sebentar di rumah, sekitar 1 jam, dan tau-tau udah mblandang sampe jam 8 malam. Bangun-bangun, aku langsung cabut ke gedung Kampus Fiksi. Dan begitulah, begitu aku membuka pintu, aku langsung jadi tontonan. Cukup yaa untuk kronologi keterlambatanku. *gak penting banget sebenarnya

Di Kampus Fiksi dapet apa aja? Buanyak!! Teman. Itu jelas. Jadi tambah relasi. Makan, 3 kali sehari (kalau yang anak kos, you know lah, it’s be a perfect day when you can eat three times in a day). Cemilan juga melimpah di sana. Mau ngopi, ngeteh, bikin mie, boleh banget. Pokoknya serasa rumah sendirilah.

 
Ini dia hidangan makanannya. Geerrr!

Selain itu, yang paling pokok adalah bisa dapat ilmu dan pengalaman. Ilmu tentang kepenulisan, penerbitan, marketing buku, dan banyak lagi. Di sana kita dituntut bisa menulis cerpen dalam waktu 3 jam. Cerpen tentang origami, dan idenya dipikirkan dalam semalam. Menurutku itu termasuk cerpen tercepat yang pernah kubuat. Cerpen kilat tanpa perenungan panjang. (soalnya kalau bikin cerpen biasanya merenung dulu, haha)

Ngadep laptop sampe puyeng.

Tapi sempat ada yang bikin bosen juga, sih (maap teman2 panitia, bukan bermaksud apa2, untuk masukkan aja *sungkem). Sempat nguantuk poll pas di hari terakhir (mungkin karena pas lagi puasa). Tapi kuperhatikan banyak juga temen yang ngantuk dan udah lier-lier kepalanya. Sekadar saran buat panitia, untuk #KF depan, bisa lhoo tiap 3 jam sekali diadakan ice breaking untuk menghilangkan kantuk dan memecah suasana, mungkin nyanyi-nyanyi, pijet-pijetan, games, lari mengelilingi kelas, tukeran posisi duduk, atau apa ajalah yang bisa ngilangin kantuk dan pegel, hehe :D

Terlepas dari semua itu, ilmu dan kebersamaan yang terjalin di Kampus Fiksi ini benar-benar lebih dari segalanya. Walaupun ini bukan pertama kali aku membaur dengan sebuah komunitas, ada komunitas yang benar2 aku sayangi di kampus dan udah serasa kayak keluarga kedua—setelah my main family—yaitu SUKATV (Sunan Kalijaga Televisi), tapi di komunitas #KF16 ini aku harap juga bisa menjadi keluarga yang ke-3, hehe. Kurang lama nih karantinanya. Atau karena aku sendiri yang kurang membaur, ya? Hadeeeh, sedikit nyesel nggak memanfaatkan 3 hari secara maksimal. Tiga hari itu waktu yang terlalu singkat bagiku untuk mengenal orang lain. Mana pakek acara terlambat pula *duuuh. Mungkin yang bisa akrab baru temen sekamar. Yang lain? Semoga kita ada waktu untuk lebih mengenal jauh, kawan. :)

 

Untuk Pak Edi, makasih banyak (mungkin sudah ada ratusan atau bahkan ribuan orang yang ngucapin makasih pada njenengan, termasuk saya), nothing that I can give to you, just replay with a pray, semoga ide cemerlang panjenengan bikin wadah pelatihan kepenulisan semacam ini, bisa diganjar setimpal sama Allah. Terima kasih juga panitia, mentor, yang sudah bersusah payah dan capek-capek nyiapin semuanya untuk kami. The best pray for you all. :)

Eki Paradisi
30 Maret 2016. Ditulis pukul 08.08 (nggak pake revisi).

3 komentar:

  1. Luar biasa kamu, mbak. Sungguh produktif sekali walaupun tanggal merah sekalipun. Semoga keproduktifanmu bisa menular ke aku ya, mbak, hihi... The best pray for you too, sist :)
    Keep writing yaaa :D

    BalasHapus
  2. Aamiin, makasih Zulfa cantiik.. sama2 menyemangati yaah :)
    Oh ya kamu jurusan apa sih?

    BalasHapus
  3. Hai, Eki..tulisanmu bagus :) Wuih, andai tahu kegiatanmu, aku pasti banyak nanya nih hehe, terutama tentang novelmu yang udah terbit.

    Sukses selalu, ya!

    BalasHapus