29 April 2015

Bedanya Penerbit Mayor Dengan Minor Apa Sih?



Hei, Paradiser! Ada yang masih awam ataupun bertanya-tanya soal penerbit? Karena masih banyak yang belum tahu nih, Eki kasih tahu sedikit ya tentang kepenerbitan.
Jadi, penerbit itu ada dua macam berdasarkan ukuran besar dan kecilnya. Yaitu penerbit mayor dan penerbit minor. Penerbit mayor adalah penerbit yang sudah besar, seperti Gramedia, Gagas Media, Diva Press, Republika, Al-Mizan, dan sebagainya. Biasanya buku-buku yang diterbitkan sudah bisa terpajang di toko-toko buku yang tersebar di Indonesia. Sementara penerbit minor atau penerbit indie adalah penerbit yang masih kecil, dan jangkauannya juga terbatas.

Nah, sekarang pertanyaannya, apa bedanya menerbitkan di minor dan di mayor? Itu pertanyaan bagus. Kalau di mayor, bakal lama prosesnya. Dari kamu mengirim naskah, sampai harus menunggu keputusan dari penerbit apakah lolos atau tidak, bisa mencapai sekitar 3-5 bulan. Rata-rata seperti itu lamanya di penerbit mayor. Syukur-syukur kalau penantian kita terbalas dengan bahagia, lah kalau penantian kita terbalas dengan luka? *halah. Maksudnya, kalau jauh-jauh hari kita lama menanti, begitu waktunya datang, eh ternyata naskah kita ditolak? Pie perasaanmu? Sakitnya tuh di sini, hehe. Enggak lah ya. Harus tetap semangat pokoknya. Tapi emang gitu. Kalau di mayor memang sangat sulit untuk menembus meja redaksi. Karena ada seleksi yang sangat ketat dari sana. Bayangin aja, naskah yang masuk di redaksi itu bisa mencapai puluhan atau ratusan tiap minggunya. Nggak mungkin kan mau diterbitkan semua? Pasti akan dipilih yang layak terbit, bahasanya bagus, isinya berkualitas, dan tentunya laku keras di pasaran. Oh ya, diterima dan tidaknya naskah terkadang juga dipengaruhi faktor kriteria dari penerbit. Tiap penerbit memiliki kriteria sendiri-sendiri. Ada penerbit yang suka buku-buku berbau religi. Ada yang suka naskah romance dengan setting luar negeri. Ada penerbit yang carinya naskah berbobot dan penuh hikmah. Macem-macem deh!
Kalau pengalamanku, aku ditolak penerbit mayor itu kebanyakan karena naskahku tidak sesuai dengan kriteria yang sedang dicari. Jadi gini Paradiser, tiap penerbit itu punya kriteria naskah sendiri-sendiri. Misal, penerbit A tahun ini cari target naskah genre komedi sama horor. Nah, kalau aku masukkan naskah genre romance kan nggak nyambung to? Kemungkinan itu bakal ditolak. Lalu bagaimana cara kita tahu kriteria penerbit mayor? Tipsnya, cari buku yang terbit paling baru. Misal sekarang bulan April, cari buku terbitan bulan April saat ini, atau setidaknya Februari Maret lah. Nah, buku itulah yang bisa kamu jadikan dasar, tipe novel atau naskah seperti apakah yang sedang mereka cari.
Lalu, apa keuntungan menerbitkan di penerbit mayor? Ini dia! Keuntungannya bukumu bisa terbit dan dipasarkan secara meluas di toko buku se-Indonesia, gratis tanpa biaya sepeser pun, bahkan malah kamu yang dibayar. Karena setiap penulis akan dapat royalti dari tiap penjualan buku. Berapa royaltinya? Itu tergantung dari kebijakan penerbit. Biasanya antara 10-20 %. Namun ada juga tipe penerbit yang sistemnya putus kontrak. Jadi, buku itu dibayar berapa (misal 1 juta), ya sudah. Kontraknya sudah habis sejak penandatanganan itu. Tidak ada pembayaran royalti lagi dari tiap hasil penjualan buku.
Lalu bagaimana dengan penerbit minor? Penerbit minor atau indie masih tergolong penerbit kecil. Mereka biasanya belum berani untuk cetak banyak lalu dipasarkan di toko buku. Karena itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika toko buku yang ditarget adalah semacam Gramedia. Menurut penuturan salah seorang teman, kalau ingin menjual buku di Gramedia minimal harus cetak berapa ribu eksemplar gitu... dan dalam satu bulan harus bisa terjual minimal 1000 eksemplar buku. Jadi, kalau buku itu tidak menarik dan tidak terjual di pasaran, ya akan dikembalikan. Jadinya rugi, kan? Maka dari itu penerbit minor tidak berani ambil risiko. Mereka biasanya memasarkan hanya lewat website, blog, sosmed, dan dipasarkan secara pribadi.
Bahkan kalau pengalamanku, novel pertama kali yang aku terbitkan ini malah penjualannya lebih banyak di aku. Jadi penerbit tidak berperan banyak dalam penjualan buku. Mereka istilahnya hanya sebagai media atau fasilitator untuk menerbitkan atau mencetak buku itu hingga menjadi lembaran kertas yang terbungkus rapi. Untuk minor, apakah ada seleksi juga? Oh, tidak. Sama sekali tidak. Kamu bisa menerbitkan apapun bukumu tanpa harus melalui proses seleksi. Dan kamu pun nggak perlu capek-capek menunggu selama 3-5 bulan dengan penantian dan harapan yang belum tentu jadi kenyataan itu, haha *lebay. Bahkan dalam waktu hitungan minggu saja bukumu sudah bisa diterbitkan. Tapi... kekurangannya di minor adalah tidak gratis! Kamu harus membayar antara 200-300 ribu rupiah. Tergantung harga dan paket seperti apa yang ditawarkan dari penerbit. Karena biasanya di penerbit minor ada beberapa paket penerbitan. Ada yang murah, tapi tidak menggunakan ISBN, dan kamu harus mengurus ISBN-mu sendiri. Ada paket yang sudah sekalian layout (cover buku) dan pengurusan ISBN, tapi itu mematok harga cukup mahal. *menurutku sih, nggak tahu kalau menurutmu, hehe.
Jadi gitu, Paradiser. So, sudah tahu kan apa bedanya penerbit mayor dan minor? Apa saja kelebihan dan kekurangannya? Setiap hal pasti ada plus minus, positif negatifnya. Manusia saja pasti punya kelebihan dan kekurangan, apalagi penerbit? hehe. Oke, gitu dulu ya. Semoga bermanfaat.

4 komentar:

  1. hai...mba eki...

    wah makasih banyak ya..bwt infonya...selama ini aku kan hanya pembaca saja..dan ngeh untuk urusan penerbit...tapi seiring jalannya waktu bukan hanya buku,novelnya saja aku yang mo tahu..tapi sipenulisnya bagaimana...nah masuk ke grup ..banyak banget istilah istilah yang ga aku menegrti..jadi aku ingin banyak tahu...
    terima kasih untuk infonya

    BalasHapus
  2. Setuju.
    tapi semua balik lagi ke pnulisnya.

    http://www.sastrawacana.com/2017/02/simak-perbedaan-penerbit-mayor-dengan.html

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. sangat menarik dan membantu sekali mba..

    serta menyetujui pendapat mbak diatas soal mau pilh penerbit indie atau mayor kembali ke kita selaku penulis.

    saya mau menambahkan soal daftar penerbit mayor di indonesia, siapa tau ada pembaca yg mau menerbitkan naskahnya

    Daftar Penerbit Mayor di Indonesia

    BalasHapus