@eki_paradisi
Aku butuh
uang. Ya, aku tahu aku butuh uang untuk saat ini. Ada beberapa yang harus
kukejar menggunakan uang. Meski orang pernah berkata, uang bukan
segala-galanya. Memang, uang bukan segala-galanya, dan segala yang ada di dunia
belum tentu bisa didapat dengan uang. Tapi... tidak bisa dipungkiri, kau tak
akan bisa hidup tanpa uang, isn’t it?
Aku butuh
uang karena beberapa hal. Salah satunya... aku ingin mengejar targetku di tahun
ini. Pergi ke luar negeri. Ya, kurasa aku terlalu percaya diri dengan mengatakan
aku akan pergi liburan ke luar negeri tahun ini, dan aku pikir ini termasuk ide
gila. Kenapa? Simple saja. Aku hanya mahasiswa kere yang bekerja serabutan, dan ingin pergi ke luar negeri... di
tahun ini? Dapat uang darimana? Tapi, well..
sebenarnya aku tidak benar-benar ingin liburan. Aku mempunyai target seperti
itu hanya karena ingin mengetes, apakah mimpi yang seakan terdengar mustahil
itu benar-benar bisa terwujud hanya dengan modal yakin, usaha, dan doa?
Tapi, aku
percaya mimpi. Seperti kata pepatah, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Sekarang
kususun tahap pertama dulu, yaitu kemauan. Dan tentunya... keyakinan. Aku yakin
aku bisa pergi tahun ini. Meski aku tidak tahu bagaimana caranya. Meski saat
ini tak ada sepeserpun uang yang kukantongi. Akan kutunggu, bagaimana Tuhan
membukakan jalan-Nya untuk makhluk malang yang penuh harap sepertiku ini.
Setelah itu,
tahap kedua adalah usaha. Kini aku sedang berusaha bagaimana menghasilkan uang
dengan statusku yang masih menjadi mahasiswa. Aku tidak mungkin bekerja full sehari. Dan aku tidak mungkin
meminta pada orangtuaku. Yang benar saja, aku ingin liburan tapi menggunakan
duit orangtua? Selain itu, tidak seperti teman-teman lain, aku tidak pernah
dijatah tiap bulan untuk uang jajan atau sebagainya. Jangankan uang jajan, uang
bensin pun tidak! Memang aku yang meminta mereka untuk tidak memberiku uang. Hanya
uang SPP yang aku minta pada orangtua. Sisanya, aku bekerja serabutan. Namun kalau
begini caranya, bagaimana aku bisa menabung? Uang serabutanku itu hanya cukup
untuk beli bensin dan jajanan porsi kecil!
Aku pun putar
otak. Ada satu cara agar aku bisa mendapat uang dalam jumlah banyak setahun
ini. Yang kurasa peluang ini tidak akan keluar dari kemampuan dan keahlianku.
Ya, liputan! Aku adalah seorang broadcaster yang berkecimpung dalam bidang reporting,
presenting, dan jurnalis. Itu sesuai dengan bidang studiku di kuliah. Cara agar
aku bisa mendapat uang adalah dengan mengirim video liputan di salah satu
stasiun TV di Jakarta. Jika videoku tayang, aku bisa mendapat uang setidaknya
duaratus ribu rupiah. Lumayan, bukan? Bisa untuk menabung.
Tapi
permasalahannya saat ini adalah bagaimana aku bisa mendapat informasi secara
intensif tentang berita-berita di sekitar? Aku butuh link! Dan permasalahan
kedua adalah... aku tidak punya kamera. Ya Tuhan, lengkap sudah kemalanganku.
Tapi... aku tidak boleh putus asa. Aku harus tetap berusaha bagaimana caranya.
Bukankah cara terbaik untuk menangani masalah adalah dengan memikirkan
solusinya? Bukan justru menyesali keadaan.
Kembali aku
memutar otak. Bagaimana cara agar aku bisa mendapat link? Ah! Bukankah di
facebook ada grup yang memberitakan kabar-kabar terbaru di sekitar Piyungan?
Ya, aku tinggal di Piyungan. Sepertinya ide bagus jika aku memposting di sana
yang berisi : “Mas, Mbak, kalau ada info seputar event, kegiatan, bencana alam,
atau mungkin kuliner menarik yang sekiranya pantas diliput, bisa inbox ke saya.
Nanti biar saya liput.” Dengan begitu aku bisa dapat informasi banyak, bukan?
Tanpa banyak
berpikir, aku segera memposting tulisan seperti yang kumaksud di grup itu. Tak
berapa lama kemudian beberapa chat muncul di layar ponselku. Astaga... cepat
sekali, batinku. Ternyata yang aktif di grup itu lebih banyak dari yang kukira.
Sekilas hal ini membuatku berpikir, kalau begini caranya keberadaan facebook di
sini benar-benar bisa berguna! Tidak sia-sia aku punya akun dan masuk grup itu.
Dalam waktu
yang hampir bersamaan setidaknya ada empat chat di ponselku. Dua di antaranya
masih bertanya-tanya tentang kejelasan liputanku, nanti mau dimasukkan di media
apa, nomor HP ku berapa, dan sebagainya. Sementara dua yang lain mulai tertarik
untuk menawariku liputan. Dan liputan yang ditawarkan pun cukup menarik kurasa.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku menerima tawarannya dan berencana untuk
meliputnya minggu depan. Sekarang tinggal bagaimana caranya aku bisa mendapat
kamera.
Teman yang
biasanya menjadi partnerku liputan—dan juga yang mempunyai kamera—sedang tidak
di Jogja, lalu aku harus bagaimana? Terpikir di benakku untuk meminjam
tetanggaku yang cukup kaya. Dia mempunyai kamera DSLR. Berhubung aku tidak
punya nomor HP nya, kucari namanya di daftar pertemanan facebook, lalu aku chat
dia. Sebenarnya agak rikuh untuk meminjam. Karena tetanggaku itu ibu-ibu, dan
aku juga tidak begitu dekat dengannya. Tapi tidak apa-apa. Namanya juga
perjuangan, tidak masalah harus ada pengorbanan.
Setelah aku
kontak dan ibu itu mengizinkan, aku menghembuskan napas lega. Akhirnya! Aku
bisa liputan juga. Hingga beberapa hari kemudian aku liputan sendiri. Dua
tempat yang aku kunjungi dalam dua hari. Malamnya aku hanya bisa berharap.
Semoga liputanku tayang, dan aku bisa menabung dengan uang liputan itu.
Sehari
kemudian, hampir saja aku putus asa. Bahkan aku sudah terlanjur menangis di
dalam mukenaku karena satu liputanku sepertinya tidak tayang. Liputan sendiri
yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Mungkin aku yang sudah terlalu banyak
berharap. Tapi sehari kemudian, ketika aku membuka media sosial dan memantau
akun televisi yang kutuju, ternyata satu liputanku dimuat! Segera kutunjukkan
ponselku pada ibuku yang saat itu sedang di dapur. Kebetulan yang ditayangkan
adalah liputan tentang harapan pedagang pasar tradisional di 100 hari
pemerintahan presiden baru, dan kebetulan ibuku—yang profesinya sebagai penjual
pakaian—aku masukkan dalam wawancara.
Ibu menatapku
sambil tersenyum. Ada sedikit keharuan yang bisa aku tangkap dari matanya. Aku
pun juga begitu. Benar-benar bersyukur. Ini baru satu langkah yang kulalui
untuk membuka langkah-langkah selanjutnya. Langkah untuk menggenggam impian di
tahun ini. Semoga saja semua berjalan lancar dan sesuai dengan rencana.
Sepertinya aku harus berterimakasih pada beberapa pihak. Pihak pertama, Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Menentukan. Pihak kedua, ibuku tercinta yang senantiasa mengiringi
langkahku dengan doa-doa. Pihak ketiga, ibu Nani yang sudah berkenan
meminjamkan kamera. Pihak keempat, facebook dan media sosial lainnya, terimakasih...
kalian sudah menjembataniku, setidaknya untuk awal perjuangan ini. :)
(tulisan ini sudah diantologikan dalam buku "Facebook, Jemabatan Impianku" terbitan Ar-Rahman Press)
Bantul, 30 Januari 2015
Eki Paradisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar