18 Juli 2014

Perjalanan Menuju Pare


Oke Paradiser, kali ini aku akan menceritakan pengalamanku tentang persiapan dan perjalanan menuju Kampung Inggris, Pare, Kediri.

Yeah, aku pergi ke Pare tepat tanggal 17 Juni 2014. Perjalanan dari Jogja ke Kediri membutuhkan waktu sekitar 4 jam menggunakan kereta api, dari Stasiun Lempuyangan hingga tiba di Stasiun Kediri. Ketika itu aku memilih kereta api Kahuripan yang berangkat pukul 04.48, it’s crazy right? My first time I went to a far place with train and have to leave as morning as like that.
Aku udah bayangin yang enggak-enggak, gimana kalau nanti aku telat dan ketinggalan kereta? Kereta api kan nggak seperti bus yang ketika kita tertinggal bisa menunggu bus yang selanjutnya. Tapi ini kereta bray! Telat ya tinggal. Mana udah pesen tiket lagi. Ah ya, sebenarnya ada 2 pilihan tiket untuk tanggal 17 Juni itu. Kereta Kahuripan yang berangkat pukul 04.48 dengan harga tiket 50 ribu, atau kereta Krakatau yang berangkat pukul 9 malam dengan tiket 100 ribu. (Jelas aku milih yang 50 ribu lah yaa, beda dua kali lipat bo’). Kata customer service nya bisa beda dua kali lipat itu karena Kahuripan merupakan kereta yang bersubsidi, sedangkan Krakatau enggak. Dan tempat duduknya pun lebih enak yang di Krakatau (yaiyalah, pikirku. 100 ribu gitu -_- )
Itu untuk masalah harga tiket kereta.

Untuk masalah pemberangkatan, aku sarankan bagi kalian yang mau bepergian harus sudah prepare dengan segala hal dan kemungkinan. Jangan sampai mengalami kejadian sama sepertiku. Pagi itu aku berangkat nyaris jam setengah 5 dari rumah, padahal rencana aku berangkat jam 4 dari rumah diantar sama Bapak. Sudah di jalan terburu-buru, ternyata di tengah jalan bensin Bapak nyaris habis. Untungnya masih bisa di-chuk, dan alhamdulillahnya bensin benar-benar habis dan motor mogok ketika di stasiun. Thanks God bener deh. Coba aja kalau mogoknya masih jauh dari stasiun, sedangkan waku itu pagi-pagi buta, masih gelap gulita, POM bensin tutup, bensin eceran belum pada buka, harus beli bensin di mana coba? Dan parahnya, kalau itu benar-benar terjadi, dan hanya tinggal beberapa menit lagi kereta berangkat, if you were me, what would you do? You would be confuse and so worry, right? Ya, mungkin Bapakku khilaf, tidak mengecek bensin dulu sebelum berangkat. Tapi ya sudahlah. Kita tidak bisa menyalahkan orangtua, kan ya? Bagaimanapun orangtua sudah berusaha yang terbaik untuk kita. Itu aja udah syukur Bapak mau nganterin, coba kalau enggak? Mau berangkat pakai apa aku sepagi itu?
So, from that happened I can learn, just prepare everything so well. Include prepare for the risk which possible come.

Setiba di stasiun Lempuyangan aku langsung bertemu temanku Ani. Kami memang niat pergi bertiga. Aku, Ani, Herman. Aku dan Ani pun menunggu Herman, tapi berhubung Herman masih di perjalanan, dan jam menunjukkan pukul 5 kurang lima belas menitan, akhirnya kami memutuskan untuk masuk stasiun duluan. Itu posisi aku belum solat, jadi begitu masuk aku langsung cari musola untuk solat Subuh. Seusai Subuh kereta datang. Herman juga sudah datang. Kami pun berangkat. Sempat foto-foto dulu, say good bye Jogja lah pokoknya, huhu.
Aku, Herman, dan Ani. Foto di depan gerbong.

Selama 4 jam kami duduk di kereta, Ani dan Herman sempat tidur, tapi aku tidak. Entah, aku tidak ingin tidur saja. Lebih ingin menikmati perjalanan. Di perjalanan, kami disambut dengan sunrise from east. What a beautiful is it! Akhirnya kami tiba di stasiun Kediri pukul 9 lebih. Selanjutnya kami berencana jalan kaki sejauh 1 km kemudian menghadang bus. Tapi di luar rencana, ada seorang bapak tukang becak yang menawarkan becaknya pada kami. 20 ribu untuk 3 orang. Awalnya kami menolak karena kami benar-benar ingin ngirit. Bahkan kami sudah make an arrange about our finance. Tapi berhubung bapaknya terus membujuk, dan kami pikir sepertinya memang cukup jauh jika ditempuh dengan jalan kaki, terlebih kami membawa barang-barang berat. Akhirnya kami pun terbujuk untuk naik becak. Satu becak kecil untuk bertiga, OMG... can u imagine that? Dan ternyata kenyataannya memang cukup jauh. Kalau saja kami tadi berjalan pasti sangat kewalahan.
Setelah itu sesuai dengan yang disarankan bapak tukang becak itu, kami menghadang bus. Katanya, untuk ke kampung Inggris tinggal naik bus P (kalau nggak salah, atau bus Puspa ya namanya? Lupa), nanti udah bisa sampai di kampung Inggris. Tapi ternyata kata bapak2 tukang becak yang lain, kalo mau sampai kampung Inggris harus naik angkot atau ojek. Kalau mau naik bus nanti sama aja, cuma diturunin di jalan raya dan masuk ke dalamnya harus ngojek. Saat itu kami masih bingung yang bener yang mana. Tak berapa lama setelah perbincangan itu, finally, datanglah 2 angkot yang menawari kami. Dan setelah debat panjang lebar tentang keputusan kami mau pakai bus atau angkot selama kurang lebih 15 menit, akhirnya kami kalap juga. Tapi nggak rugi juga sih. Aku rasa yang mereka tawarkan sudah termasuk harga yang murah, yaitu 50 ribu untuk 3 orang. Kalau angkot yang pertama tadi ngasih harga 90 ribu untuk 3 orang. I think it is so expensive, right? Makanya kami memilih angkot yang kedua, meski dengan sedikit paksaan dari mereka sih. Soalnya awalnya kami ngotot pingin naik bus (alasan kami biar lebih murah yaitu 7 ribu doang), tapi kata mereka kalau naik bus nanti sama aja. Harus naik ojek kalau pengen sampai kampung Inggris atau campnya, soalnya masuk gang-gang gitu. Hingga akhirnya kami memilih dengan angkot yang kedua, kami pun diantar sampai depan camp.

Yaah, begitulah sekilas cerita tentang perjalanan menuju kampung Inggris di Pare. Semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar