Dia mengedikkan kepalanya ke arah pintu kelas seolah memberitahukan sesuatu pada Elsera. Elsera pun menoleh ke pintu. Matanya menjumpai sesosok guru yang berhasil membuat Elsera membenarkan posisi duduknya, namun tidak untuk melepaskan headsetnya. Dia yakin bahwa laki-laki itu tidak akan bisa melihat telinga Elsera yang tertutup rambut yang terjurai begitu panjang. Bie menyenggol lengan Elsera seraya berbahasa bibir, “Gila lo ya?”. Elsera menanggapi dengan sebuah senyuman nakal, lalu kembali memperhatikan gurunya yang dia anggap terlihat konyol dengan sabuk di perutnya.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi, Pak!”
“Ok. Sebelum memulai pelajaran, marilah kita berdoa dahulu. Berdoa, mulai!”
***
“Ah, gila lo, Ser!”seru Bie pada Elsera di sela-sela makannya.
“Lo nggak takut ketahuan apa?”sambung Ify yang lalu duduk di samping Bie.
“Iya nih, coba kalau Pak sabuk kencang itu tau, mampus deh lo!”lanjut Regina. Elsera meneguk segelas orange juicenya. Lalu melirik memandang ketiga temannya.
“Ah, biarin aja! Lagian dari tadi nggak ketahuan kan kalau gue pake headset?”senyuman nakal terpancar dari bibir Elsera. Ketiga temannya saling bertukar pandang. Heran. Lalu kembali pada kegiatannya masing-masing di kantin saat itu.
***
Di dalam kelas X A, Pak Wahyuda sedang menerangkan tentang Peradaban Pulau Kereta. Pulau Kereta terletak di daerah perairan laut tengah…

***

“Elo sih Bie, jawab asal-asalan! Jadi gini kan urusannya!”keluh Regina menyalahkan Bie.
“Yee, itu kan juga nggak sepenuhnya salah gue, Gin! Salah siapa kalian tadi nggak jawab pertanyaan Pak Sabuk Kencang. Alhasil, gue asal jawab deh!”
“Ya sedikitnya nalar dikit napa? Hayam Wuruk? Ih, raja darimana tuh?”
“Yee, ya mendingan gue donk, tau Hayam Wuruk siapa! Dari pada elo?”
“Udah-udah ah! Ini apa-apaan sih malah pada ribut gini? Mendingan kita bersihin ini semua biar cepet kelar urusannya, iya nggak Ser?”tanya Ify meminta persetujuan.
“Yo’i! Eh Bie, nih sapunya! Gue ngapus papan tulis aja!”suruh Elsera pada Bie. Elsera melempar sapu ke arah Bie, dan dengan gesit Bie menangkapnya.

“Sera, Bapak dengar-dengar kamu jago main biola ya?”sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan Elsera. ‘Untuk apa Pak Sabuk Kencang tanya hal itu?’pikir Sera. “Eh, iya Pak! Memangnya ada apa?”tanya Elsera kemudian. Pak Wahyuda diam. Lalu mengambil sesuatu dari almari di kelasnya. Sebuah biola mahal, yang kemudian dipangkukannya ke tangan Elsera. Elsera tak mengerti apa yang dimaksud gurunya itu dengan memberikan sebuah biola padanya. “Tolong mainkan sebuah lagu.”pinta Pak Wahyuda. “Lagu ‘My Heart Will Go On’!”. Kali ini Elsera lebih terkejut lagi. Dari mana guru itu tau lagu yang kerap kali, atau bahkan sering dimainkannya? Atau mungkin hanya sebuah kebetulan? Melihat wajah Pak Wahyuda yang penuh harap padanya, Elsera mulai memainkan alat yang digenggamnya itu. Gesekan demi gesekan terantai dengan begitu indah. Alunan yang dapat menghanyutkan suasana kala itu. Hingga Bie, Regina, dan Ify pun kini menghentikan kegiatan mereka dan terpaku pada satu titik. Elsera. Ia memejamkan matanya. Menikmati lagu sendu yang paling dikaguminya. Terlihat begitu manis bagi siapapun yang memandang dan mendengar goresan-goresan suara dari tangannya. Semua perasaannya kala itu tertuang dalam satu ikatan nada tak bersyair. Seolah hanya dia, dan biola itu. Begitu indah. Hingga ia tak sadar bahwa setitik kanal kini menguncup di sudut matanya. Elsera mulai membuka matanya kembali, setelah semua nada berhasil dirangkainya, dan berhasil pula mengingatkannya akan kejadian masa lalu yang sampai sekarang masih terukir jelas di pikiran Elsera. Dilihatnya guru yang selama ini dikenal galak, ternyata dapat luluh dengan permainan Elsera. Cukup mengejutkan bagi mereka berempat. Pak Wahyuda, menitihkan air mata.
***
“Hebat lo Ser! Bisa bikin Pak Sabuk Kencang nangis kayak kemarin.”ungkap Regina seraya menurunkan tasnya dan duduk di hadapan Elsera.

“Ehm, iya Ser! Keren banget kemarin. Sampe gue aja juga mau ikutan nangis. Tapi gue bakal nangis lagi kalau Justin Bieber bisa dateng ke Jogja! Hahaha, gue bakal teriak-teriakin nama dia, minta tanda tangan dia, dan foto-foto bareng dia, sambil…sambil…”khayal Bie panjang lebar yang harus berakhir karena tatapan ketiga temannya yang seolah menyuruh Bie menghentikan semua khayalan konyolnya. Bie menunduk ragu sambil menyeruput es tehnya. “Iya…iya!”kata Bie menyerah melawan tatapan tajam ketiga temannya.
“Kalau gue bakal lebih nangis lagi waktu liat Ray ngedrum.”ucap Regina yang ternyata ikut berkhayal sambil menampilkan cengiran kudanya.
“Yee, ini lagi malah ikut-ikutan!”sahut Ify. “Kalau gue…”.
“STOP!”teriak Elsera secepatnya. “Jangan bilang kalau lo bakal nangis juga kalau ketemu Super Junior!”. Ify hanya bisa memperlihatkan cengiran masamnya setelah mendengar tebakkan Elsera, tak menduga Elsera dapat menebak apa yang ada dibenaknya kala itu. Elsera mendengus sebal. Sementara Bie dan Regina terkekeh pelan melihat tingkah temannya itu. “Kita harus cari tau, apa penyebab Pak Sabuk Kencang bisa nangis kayak kemarin. Aneh banget kan, tiba-tiba Pak Sabuk Kencang nyuruh gue main biola? Dan yang lebih ngagetin lagi, dia minta gue mainin lagu kesayangan gue! Dan nggak nyangka juga, di bakal nangis habis dengerin permainan biola gue!”tutur Elsera panjang lebar. Ketiga temannnya mengangguk menyetujui.
***
Siang itu terlihat Elsera, Bie, Regina, dan Ify menuju ruang sejarah. Mereka hendak mengumpulkan tugas. Elsera mengetuk pintu. Setelah dipersilakan mereka berempat pun memasuki ruangan sejarah dan menuju ke tempat Pak Wahyuda duduk di kursinya. Beliau sedang merekap nilai sejarah. “E...maaf Pak! Ini tugas sejarah yang Bapak minta. Maaf kami terlambat mengumpulkan.”kata Elsera seraya menyodorkan makalah mereka. “Ya! Tak apa. Taruh disitu!”ucap Pak Wahyuda sambil mengedikan kepala ke arah sudut mejanya yang dipenuhi tumpukan makalah kelas X A. Elsera meletakkan makalahnya di tumpukan seperti yang dimaksud. Setelah itu hendak pergi meninggalkan ruangan. Namun satu hal yang membuatnya tertarik pada sebuah foto yang tergeletak di atas meja Pak Wahyuda. Diambilnya foto itu tanpa permisi. Foto seorang gadis yang sangat dikenalnya. Elsera terkejut bukan main. Wajah keheranan dengan mulut sedikit menganga sekarang menghiasinya. “Ini…! Ini kan Amay! Amay teman les biola saya, Pak! Kenapa Bapak bisa punya foto ini?”bukan hal yang mengagetkan bagi Pak Wahyuda mendengar pertanyaan Elsera.
“Ya! Dia banyak cerita tentang kamu Sera, termasuk kelincahan kamu dalam bermain biola. Setelah kamu masuk sekolah ini, saya sedikit curiga. Apa benar kamu yang dimaksud Amay, putri saya!”
“Apa? Amay, sahabat baik saya, putri Bapak?”
“Ya. Dia putri saya. Sahabatmu. Yang meninggal 2 tahun yang lalu. Saya sangat merindukannya, begitu juga permainan biolanya. Maka dari itu saya menyuruh kamu untuk memainkan lagu yang sering dimainkannya. Kamu juga menyukai lagu itu kan, Elsera?”. Terungkap sudah semuanya. Semua yang menjadi penyebab keanehan yang tiba-tiba. Sesuatu yang mengejutkan. Bukan hanya Elsera, tapi juga bagi ketiga temannya. Elsera memang membutuhkan sedikit waktu untuk menyadari semua itu. Pikirannya kembali teringat akan sesosok Amay. Sahabatnya, dengan lagu My Heart Will Go On, yang menjadi kenangan tersendiri bersamanya.
***
“Selamat pagi anak-anak!”sapa Pak Wahyuda memasuki ruangan.
“PAGI PAAK…!”semua siswa serempak menjawab. Termasuk Elsera. Yang kini tidak lagi menyumbat telinganya dengan saluran headset. Entah apa yang membuatnya berubah. Apakah seorang Amay? Atau Pak Sabuk Kencang itu sendiri? Entahlah. “Sera! Nggak pake headset lagi lo?”tanya Bie sedikit berbisik sambil tersenyum nakal. “Lo sendiri Bie? Nggak motret Pak Sabuk Kencang lagi?”sambung Regina dari belakang meja Bie. “Sssttt! Jangan panggil dia Pak Sabuk Kencang, panggil beliau Pak Wahyuda!”kata Elsera sambil tersenyum manis pada Pak Wahyuda yang terlihat sedikit memperhatikannya. “Cie, ada perubahan baru nih!”goda Ify yang membuat Elsera menoleh ke belakang dan tersenyum pada ketiga temannya. Mereka berempat tertawa kecil setelah menyadari tingkah konyol mereka selama ini. Seorang guru, siapapun guru itu, tidak pantas untuk kita lecehkan. Meski itu guru tergalak dan paling menyebalkan sekalipun. Karena beliau berjasa dalam menuntun kita menuju masa depan yang cerah. ^_^ (semua cerita ini terinspirasi dari kisah nyata)
create by Eki Arum Khasanah
ini cerpen yang saya sengaja buat dan saya persembahkan khusus buat teman-teman sayaaaaa,
BalasHapussemoga kalian suka teman2 ... !!!